BAB I
PENDHULUAN
A.
Latar Belakang
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
religius, dengan berbagai agama mayoritas Islam. Jumlah umat Islam Indonesia
terbesar dibandingkan dengan jumlah umat Islam di negara lain. Sungguh mengherankan, bangsa
Indonesia yang mengaku sebagai bangsa yang religius, dan menjunjung nilai-nilai
budaya, justru merupakan negara koruptor ketiga di dunia.
Secara kuantitatif, perkembangan agama di Indonesia boleh
dibilang cukup menggembirakan. Hal ini dapat kita lihat dari meningkatnya
jumlah tempat-tempat ibadat, lembaga-lembaga pendidikan agama, memasyarakatnya
busana muslim dan muslimat, jumlah jamaah haji, dan lain-lain. Namun ditinjau
dari segi kualitatif, kondisinya masih memrihatinkan. Hal ini mengingat
kualitas religiusitas mereka yang masih timpang.
Oleh karena itu perlulah adanya upaya dari berbagai pihak
untuk menciptakan suasana yang religius ini, terutama dilingkungan sekolah yang
telah ada kurikulumnya maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Dalam makalah ini sedikitnya akan dibahas mengenai
bagaimana menciptakan suasana religius di lingkungan sekolah, terlebih di
jelaskan dahulu mengenai indicator seseorang dapat mencapai suasana religius.
B. Tujuan
- Untuk mengetahui Indikator religiositas.
- Untuk mengetahui bagaimana suasana Religius (agamis).
- Untuk mengetahui upaya-upaya dalam menciptakan
suasana religius
BAB II
PENCIPTAAN SUASANA RELIGUS
A. Indikator religiusitas (Iman ilmu dan amal)
Iman, Ilmu, Amal. Sebuah trilogi yang tidak dapat di pisahkan. Saling
terkait. Iman tanpa ilmu, sesat. Ilmu tanpa Amal, sesat. Amal tanpa ilmu,
taklid. Ilmu, pada hakikatnya dapat merubah seseorang. Dari pola berfikir, sikap, hingga merubah diri orang tersebut.
Pun Iman dan amal.
Ada tiga unsur utama yang harus ada di dalam sikap kita terhadap agama,
yaitu iman, ilmu, dan amal. Maka, akan tidak ada artinya keyakinan kalau tidak
ada amal perbuatan, tidak ada artinya ilmu yang kita punya kalau tidak
melahirkan amal-amal sholeh dalam kehidupan kita, bahkan naudzubillah ilmu yang
tidak bermanfaat. Justru akan menjadi bumerang yang menghancurkan diri kita dan
orang-orang lain di sekitar kita.
Antara keyakinan, ilmu pengetahuan dan amal perbuatan haruslah diupayakan
secara bersamaan, karena ketiganya merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan.
Ketiga prinsip dasar itu harus senantiasa kita asah, kita perbaiki setiap
saat, agar kita dalam melakukan sesuatu, benar-benar berangkat dari keyakinan
dan berdasarkan ilmu pengetahuan. Dari keyakinan kita melahirkan dorongan untuk
selalu belajar-belajar dan berbuat sesuatu dengan ilmu yang kita punya itu.
Inilah tiga hal yang harus senantiasa dijadikan prinsip dalam hidup kita,
yaitu antara iman, ilmu dan amal, antara keikhlasan dalam hati, kecerdasan
dalam otak dan ketulusan di dalam beramal.
Ilmu, iman dan amal adalah 3 element yang seharusnya mencerahkan dan
mengangkat pemikiran manusia. ketiga hal ini seharusnya saling terkait untuk
membangun pola pikir kritis sebagai fondasi peradaban yg maju, ketiga hal ini
harus dibebaskan dari kepentingan indoktrinasi dari dogma-dogma tertentu yang
justru akan membunuh pola pikir kritis.
Allah menilai amal seseorang sesuai dengan petunjuk-petunjuk-Nya. Bagi
Allah, amal yang memiliki nilai tinggi di hadapan-Nya adalah amal yang
dilakukan dengan iklas. Ikhlas artinya bersumber dari satu keyakinan dan
berdasarkan ilmu yang benar, sehingga lahirlah perbuatan yang terbaik.
Ilmu, ”Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang
benar!" ”Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Al-Baqarah : 31 –
32)
Rumus Iman, Ilmu dan Amal:
IMAN + ILMU - AMAL = POHON YANG TIDAK BERBUAH
IMAN + AMAL - ILMU = SIA – SIA
ILMU + AMAL - IMAN = SOMBONG
IMAN + ILMU + AMAL = SUKSES DUNIA AKHIRAT
Baiknya kita menjaga kesinambungan amal, seperti "amal yang
sedikit/kecil tetapi kontinyu, jauh lebih baik daripada amal yang banyak/besar
tetapi hanya dilakukan hanya sesekali". Amal yang baik dan berkualitas
akan menyelamatkan seseorang ketika menghadapi kesulitan di dunia dan di
akhirat.
B. Suasana
Religius (agamis)[1]
Religiusitas (kata sifat religius) tidak identik dengan dengan agama.
Mestinya orang yang beragama itu adalah sekaligus orang yang religius
juga. Berdasarkan al-Qur’an dan
as-Sunah dalam diri manusia terdapat
berbagai macam fitrah antara lain; fitrah agama, fitrah suci, fitrah berakhlak,
fitrah kebenaran, dan fitrah kasih sayang.
Dalam al-Qur’an surat al-A’raf : 172 dinyatakan bahwa fitrah beragama sudah
tertanam kedalam jiwa manusia semenjak dari alam arwah dulu, yaitu sewaktu ruh
manusia belum ditiupkan oleh Allah ke dalam jasmaninya. Pada waktu itu Allah bertanya kepada ruh-ruh
manusia, “bukankah Aku ini tuhanmu?” kemudian ruh menjawab: “Benar, kami telah
menyaksikan.”(QS Al-A’raf: 172)
Dengan demikian jelaslah bahwa dalam diri manusia sudah ada fitrah untuk
beragama. Fitrah agama yang ada dalam diri manusia itu adalah fitrah beragama
Islam.
Keberagamaan atau religiusitas lebih melihat asapek yang “didalam lubuk
hati nurani” pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang
lain, karena menafaskan intimitas jiwa, cita rasa yang mencakup loyalitas
(termsuk rasio dan rasa manusiawinya) ke dalam si pribadi manusia. Dan karena
itu, pada dasarnya religiusitas mengatasi atau lebih dalam dari agama yang
tampak formal, resmi. Sikap religius seperti berdiri khidmat dan rukuk serta
khusyu.
Yang paling penting dan diharapkan untuk anak-anak didik kita adalah
bagaimana mereka dapat tumbuh menjadi abdi-abdi Allah yang beragama baik, namun
sekaligus orang yang mendalam cita rasa religiusnya dan yang menyinarkan damai
murni karena fitrah religiusnya.
C. Urgensi
penciptaan suasana religius di sekolah
Keberagamaan atau religiositas , menurut Islam adalah melaksanakan ajaran
agama atau ber-Islam secara menyeluruh (QS. 2: 208). Karena itu setiap muslim
baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak, diperintahkan untuk ber-Islam.
Dalam melaksanakan aktivitas ekonomi, social, politik atau aktivitas apapun,
seorang muslim diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada
Allah. Kebergamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk Ibadan
ritual saja, tetapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai suatu
sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara
menyeluruh pula.
Keberagamaan atau religiositas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi
kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang
melakukan prilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika seseorang melakukan
aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supra natural. Bukan hanya berkaitan
dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat dengan mata, tetapi juga
aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu
keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi.
Glock dan Stark dalam Anclok menjelaskan bahwa agama adalah sistem simbol,
sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem prilaku yang terlembagakan, yang
semuanya itu terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang
paling maknawi (ultimate meaning). Menurut Clock dan Stara dalam Rertson, ada
lima macam dimensi keberagamaan, yaitu;
1. Dimensi keyakinan
Yaitu dimensi keyakinan yang berisi pengharapan-pengharapan dimana orang
religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui
kebenaran doktrin terebut.
Dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah. Dimensi keyakinan atau
akidah Islam menunjukkan pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap
kebenaran ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat
fundamental dan dogmatik. Di dalam keber-Islam-an, isi dimensi keimanan
menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi dan rasul, kitab-kitab
Allah, syurga dan neraka, serta qoda dan qadar.
2. Dimensi Praktek Agama
Dimensi praktek agama yaitu yang
mencakup prilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang
untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik
keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting yaitu ritual dan ketaatan .
Dimensi praktek agama atau syariah menunjukkan kepada seberapa tingkat
kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana
diperintah dan dianjurkan agamanya.
Dalam keber-Islam-an dimensi syariah menyangkut pealsanaan shalat, puasa,
dzakat, hají, membaca al-Qur’an, do’a, dzikir, ibadan kurban, iktikaf di mesjid
pada bulan puasa, dan sebagainya.
3. Dimensi pengalaman
Ketiga dimensi pengalaman, dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta
bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak
tepat jika dikatakan bawa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu
akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir
bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supra natural. Dimensi ini
berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan
sensasi-sensasi yang dialami seseorang.
Dimensi pengalaman atau akhlak menunjukan pada seberapa muslim berprilaku
yang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu-individu
berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam keber-Islam-an dimensi ini meliputi
prilaku suka menolong, bekera sama, berderma, menyejahterakan dan
menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan kebenaran dan keadilan, beraku Jujur,
memanfaatkan, menjaga lingkungan, menjaga amanat, tidak mencuri, korupsi,
menipu, berjudi, dan tidak meminum minuman keras, mematuhi norma-norma Islam
dalam prilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut urusan Islam dan
sebagainya.
4. Dimensi Pengetahuan
Kekempat, dimensi pengetahuan agama yang mengacu kepada harapan bahwa
orang-orang yang beragama paling tidak memilki sejumlah minimal pengetahuan
mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.
5. Dimensi pengalaman atau konsekuensi
Dimensi pengalaman atau konsekuensi ini mengacu pada identifikasi
akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengelaman, dan pengetahuan
seseorang dari hari kehari. Berkaitan dengan dimensi pengetahuan agama yang
mengacu kepada harapan bahwa orang-orang beragama paling tidak memiliki
sejumlah minimal pengetahuan, antara lain mengenai dasar-dasar tradisi. Tradisi
memiliki beberapa fungsi, antara lain dapat difungsikan sebagai :1) wadah
ekspresi keagamaan , dan 2) alat pengikat kelompok
1)
Tradisi sebagai wadah Ekspresi keagamaan
Tradisi dan perwujudan ajaran agama
memiliki keterkaitan yang erat, karena itu tradisi tidak dapat dipisahkan
begitu saja dari masyarakat diamana ia dipertahankan, sedangkan masyarakat juga
mempunyai hubungan timbal balik, bahkan saling mempengaruhi dengan agama.
Pelaksanaan ajaran agama di masyarakat senantiasa meahirkan bentuk-bentuk
tradisi. Tradisi tersebut setelah melalui perjalanan yang panjang dari waktu ke
waktu akhirnya menjadi semacam bingkai atau pola umum dalam pelaksanaan ajaran
agama. Jika tidak ada tradisi yang mapan, maka sebagai konsekuensinya, dalam pelaksanaan ajaran agama, erjadilah
perubahan demi perubahan dan ini tidak mungkin. Malah yang sering ditemui,
barang siaa menjalankan ajaran agama dengan cara tertentu yang menyalahi
tradisi bersama pada umumnya, ia bisa dikucilkan dalam pergaulan didalam
pergaulan masyarakat tempa ia berada
2)
Tradisi sebagai pengikat klompok
Fungsi tradisi sebagai alat pengikat kelompok dapat dimaknai bahwa setiap
anggota suatu kelompok, pada umumnya terpanggil untuk membanggakan apa
yang ada dan menjadi adat kebiasaan
bersama, terutama dihadapan kelompok yang lain. Kecenderungan ini bersifat
kodrati, sebagaimana dalam firman Allah SWT surat al-Mukmin ayat 53, dan aR-Rum
ayat 32 yang berbunyi “tiap-tiap golongan merasa Bangga dengan apa yang ada
pada diri mereka (masing-masing)”.
Terdapat beberapa bentuk tradisi, misalnya bisa berupa norma-norma. Menurut
daya ikatnya, norma-norma it terbagi menjadi cara, kebiasaan, tata prilaku, dan
adat istiadat. Dapat disimpulkan bahwa tradisi yang berwujud cara-cara
melakukan sesuatu kebiasaan-kebiasaan tata-perilaku, adat-istiadat tertentu
yang terdapat atau dimiliki oleh suatu kelompok, tak bisa lain adalah pengikat
yang sangat efektif bagi tegak berdirinya kelompok tersebut. Tanpa adanya
tradisi, kelompok menjadi tidak mempunyai identitas yang has, bahkan
kelastariannya pun menjadi terancam. Sedangkan, kebiasaan dan norma-norma itu
dapat menyangkut berbagai aspek kehidupan, misalnya social, ekonomi, politik,
ilmu pengetahuan dan teknik, seni, filsafat, dan agama yang kesemuanya dikenal
dengan istilah “cultural universal”.
Dimensi keyakinan, praktik agama, pengalaman, pengetahuan agama, dan
dimensi pengalaman keagamaan dapat diwujudkan melalui berbagai kegiatan
keagamaan sebagai wahana dalam upaya menciptakan suasana religius, baik
dilingkungan masyarakat, keluarga maupun sekolah.
D. Upaya-upaya Dalam Menciptakan Suasana Religius
Menurut zakiyah darajat, perasaan tentram dan lega dapat diperoleh setelah
sembahyang, perasaan lepas dari ketegangan batin dapat diperoleh sesudah
melakukan do’a atau membaca al-Qur’an, perasaan tenang, pasrah dan menyerah
dapat diperoleh setelah melakukan dzikir kepada Allah. Menurutnya, pembacaan
ayat-ayat kitab suci dan do’a dapat berpengaruh terhadap sikap dan prilaku
seseorang. Hal ini dikarenakan adanya
keyakinan yang dimiliki oleh seseorang. Dengan demikian, keyakinan seseorang
terhadap sesuatu dapat berpengaruh terhadap sikap dan prilakunya.
Kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktik-praktik keagamaan yang dilaksanakan
secara terprogram dan rutin disekolah dapat menciptakan pembiasaan berbuat baik
dan benar menurut ajaran agama yang diyakininya. Menurut Muhaimin, dkk bahwa dalam pembelajaran pendidikan agama
perlu digunakan beberapa pendekatan antara lain;
a)
pendekatan pengalaman, yakni memberikan pengalaman
keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.
b)
pendekatan pembiasaan, yakni memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya atau akhlak karimah.
Pembiasaan dalam beragama dapat diciptakan kesadaran dalam beragama.
Kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktik-praktik keagamaan yang dilakanakan
secara terprogram dan rutin di sekolah dapat mentranformasikan dan
menginternaliasikan nilai-nilai agama secara baik pada diri peserta didik.
Menurut Muhaimin dkk, ada beberapa tahap dalam internaliasi nilai, yaitu,
a.
tahap transformasi nilai, pada tahap ini guru sekedr
menginforasikan nilai-nilai yang baik kepada siswa, yang semata-mata merupakan
komunikasi verbal.
b.
tahap transaksi,nilai, yakni suatu tahap pendidikan nilai
dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau transaksi antar siswa dengan
guru bersifat interaksi timbal balik.
c.
tahap transinternalisasi, yakni tahap ini lebih jauh dari
pada sekedar transaksi. Dalam tahap ini penampilan guru dihadapan siswa bukan
lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mentalnya (kepribadiannya). Demikian pula
siswa merespon kepada guru bukan hanya gerakan/ penampilan fisiknya, melainkan
sikap mental dan kepribadiannya.
Selain itu penciptaan suasana religius disekolah dengan keterlibatan atau kerja sama
secara langsung antara guru agama dan bidang studi umum dengan jalan menjadi
tutor dan pembina pada kegiatan keagamaan. Kajian keagamaan dilaksanakan diluar
jam pelajaran sekolah, dengan demikina dilihat dari fungsi-fungsi pendidikan
agama, maka guru pendidikan agama sekolah tersebut telah melaksanakan fungsi
penyaluran, yakni menyakurkan anak didik yang memiliki bakat khusus yang ingin
mendalami bidang agama, agar bakat tersebut dapat dikembangkan secara optimal
serta dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Selain itu usaha-usaha lain dapat dilakukan melalui pembelajaran seperti:[2]
·
Memberikan contoh atau keteladanan
·
Membiasakan (kebiasaan yang baik)
·
Menegakkan disiplin
·
Memberikan motivasi atau dorongan
·
Memberikan hadiah terutama psikologis
·
Penciptaan suasana yang berpengaruh bagi pertumbuhan
positif
Sementara itu menurut Muhaimin,dkk. Penciptaan suasana religius di sekolah
dapat dilakukan antara lain:[3]
-
Mengadakan berbagai jenis kegiatan keagamaan yang
dilaksanakan secara terprogram baik yang bernafaskan Islam ataupun non Islam
-
Pemimpin sekolah menciptakan suasana religius di sekolah
dan luar sekolah dengan menggunakan pendekatan personal baik kepada siswa
maupun keluarga siswa
-
Músala tempat Ibadan dipakai sebagai selah satu wahana
untuk menciptakan suasana religius di sekolah.
BAB
III
SIMPULAN
Ada tiga unsur utama yang harus ada di dalam sikap kita terhadap agama,
yaitu iman, ilmu, dan amal. Maka, akan tidak ada artinya keyakinan kalau tidak
ada amal perbuatan, tidak ada artinya ilmu yang kita punya kalau tidak
melahirkan amal-amal sholeh dalam kehidupan kita, bahkan naudzubillah ilmu yang
tidak bermanfaat. Justru akan menjadi bumerang yang menghancurkan diri kita dan
orang-orang lain di sekitar kita.
Keberagamaan atau religiusitas lebih melihat asapek yang “didalam lubuk
hati nurani” pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang
lain, karena menafaskan intimitas jiwa, cita rasa yang mencakup loyalitas
(termsuk rasio dan rasa manusiawinya) ke dalam si pribadi manusia. Dan karena
itu, pada dasarnya religiusitas mengatasi atau lebih dalam dari agama yang
tampak formal, resmi. Sikap religius seperti berdiri khidmat dan rukuk serta
khusyu.
Keberagamaan atau religiositas , menurut Islam adalah melaksanakan ajaran
agama atau ber-Islam secara menyeluruh (QS. 2: 208). Karena itu setiap muslim
baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak, diperintahkan untuk ber-Islam.
Dalam melaksanakan aktivitas ekonomi, social, politik atau aktivitas apapun,
seorang muslim diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada
Allah. Kebergamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk Ibadan
ritual saja, tetapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai suatu
sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara
menyeluruh pula.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Drs Muhaimin. 2008. Paradigma Pendidikan Islam,upaya
mengefektifkan PAI di sekolah. Bandung : Rosda Karya.
-
Tafsir, Ahmad. 2004. Metode Pengejaran Agama Islam.
Bandung: Rosda Karya.
-
Amidjajatisna. 1992. Iman Ilmu dan Amal. Jakarta:
Rajawali Press.
-
Almunawar Said.2005. Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani
dalam Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.
PENCIPTAAN SUASANA RELIGUS
MAKALAH
(Diajukan untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran PAI)
Disusun oleh:
Nama :
Fenia Marliana
Nim :
207201535
Jur/kls/smt :
PAI/ B/ V
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2009
KATA PENGANTAR
Segala
puja dan puji hanyalah milik Allah yang menggenggam segala yang dilangit dan
yang dibumi serta berkat rahmat taufik dan hidayahnyalah. kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada uswatun hasanah kita, cermin
dari segala kehidupan kita, serta sebagai pembawa risalah Islam yang merubah
jalan hidup manusia dari kegelapan menuju jalan yang penuh dengan cahaya ilahi,
orang itu tiada lain Nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulillah
kami dapat menyelesaikan makalah ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai
pihak yang membantu, untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dan kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran PAI.
yang telah bersedia menyumbangkan sebagian ilmunya kepada kami. Untuk itu kami
berdoa semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah beliaw ajarkan kepada
kami. Amin…
Bandung, 16
Desember 2009
Penulis
|
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. rumusan Masalah ...................................................................................... 1
BAB II PENCIPTAAN SUASANA RELIGUS
A. Indikator religiusitas (Iman ilmu dan amal) ............................................. 2
B. Suasana Religius (agamis)......................................................................... 3
C. Urgensi penciptaan suasana religius di sekolah......................................... 4
D. Upaya-upaya Dalam Menciptakan Suasana Rligius................................. 8
BAB III PENUTUP...................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 11
|
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
ReplyDeletePerumahan Syariah - Rumah Syariah
*RUMAH SYARI'AH ISLAMI TANPA BANK DI BABELAN DEKAT KOTA HARAPAN INDAH !*
*"BABELAN SAKINAH RESIDENCE "*
" The Shariah Nature of Living "
_*PELOPOR RUMAH SYARIAH TANPA BANK*_ DI Babelan Kota Harapan Indah Bekasi. Kawasan Primadona Akses dekat perumahan besar KOTA HARAPAN INDAH dan 5 menit Dari Perum. MUTIARA GADING CITY
*MAU BELI KREDIT TANPA BANK DAN TANPA RIBA?.. BISA!!*
Kredit RUMAH ZAMAN NOW itu Harus Bersih Dari Bunga Riba Bank,...In Shaa Alloh lebih berkah dan Nyaman 😊
▶ Type yg tersedia :
Tipe 36/72
Tipe 45/84
Tipe 60/100
FASILITAS ✅
* One gate System
* Jalan Utama 8 meter
* CCTV 24 jam
* Air PDAM
* Taman Bermain
* Sarana Olahraga
* Kolam renang
* Sekolah Islam Terpadu
* Rumah Tahfidz
* Masjid
* Klinik kesehatan
KEUNGGULAN PERUMAHAN BSR :
✅ Lokasi pinggir Jalan Pemda Langsung
✅ Akses menuju Lokasi cor Beton
✅ Lingkungan yg Islami, ( Rumah Tahfidz, TPA, Sekolah Islam )
✅ 10 Menit dari Kota Harapan Indah yang full Fasilitas Publik ( Giant, Ramayana, Courts, Mitra10, Ace, Dealer mobil resmi, Waterpark )
✅ 20 menit dari Rencana Pintu Toll Jorr Cilincing Cibitung
✅ 10 menit ke Pusat Belanja Marakash dan Candrabaga Pondok Ungu
✅ 5 menit ke Wisata Danau Southlake MGC
✅ 30 menit ke Summarecon Bekasi
UNTUK SURVEY LOKASI,,,,,
Hub
0896 4479 8497
*DAPATKAN PENAWARAN MENARIK UNTUK KREDIT DG MUDAH DAN DP TERJANGKAU mulai dari 30 Jt, dg Masa Kredit mulai dari 3 th -15 th*
*info lebih lanjut, Hub 0896 4479 8497
*BUY HOME WITHOUT RIBA*
https://propertiakusyariah.blogspot.com