Wednesday 18 January 2017

bab I “PENGARUH PENGGUNAAN METODE MAU’IZAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”

BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas SDM bergantung pada pendidikan yang baik yang mencetak dan mengembangkan potensi peserta didik  sehingga menghasilkan out put  yang baik dan berkualitas.
Karena begitu pentingnya peran pendidikan dalam mengembangkan potensi peserta didik, dapat diartikan bahwa pendidikan merupakan suatu upaya yang paling tepat untuk mengembangkan, membina, mengarahkan dan meningkatkan kualitas individu secara optimal baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan pribadinya. Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  pasal 1 ayat 1 menyebutkan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Himpunan Peraturan  Perundang-undangan Guru dan Dosen, 2006: 58).

Hal ini sejalan dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam UU Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman  dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Himpunan Peraturan  Perundang-undangan Guru dan Dosen, 2006: 62).

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas dan fungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam mengembangkan potensi peserta didik  harus dibarengi dengan usaha  untuk melatih dan memperkaya potensinya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yaitu  melalui suatu proses pendidikan. Untuk kelancaran proses pendidikan, maka lembaga pendidikan formal atau sekolah dibagi kedalam beberapa jenjang pendidikan, dan setiap jejangnya dibagi kedalam beberapa kelas. Salah satunya Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang merupakan jenjang pendidikan menengah pertama yang mempersiapkan lulusanya untuk melanjutkan ke jenjang menengah atas. Pada jenjang ini pembelajaran yang di sajikan masih bersifat umum sehingga lulusannya dapat melanjutkan kemanapun baik Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan ataupun Madrasah Aliyah.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diberikan di setiap jenjang pendidikan baik di negri ataupun swasta. Begitupun di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay. Pendidikan Agama Islam sangatlah penting dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan Nasional seperti yang tercantum dalam Undang Undang yang telah dikemukakan diatas.
Dalam proses pendidikan, pada prakteknya metode mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalanya proses belajar mengajar. Oleh karena itu, metode yang dipergunakan oleh pendidik baru dapat dikatakan berhasil apabila dengan metode tersebut dapat dicapai tujuan yang ditetapkan. Metode mau’izah merupakan metode dengan cara menyentuh kalbu (Ahmad Tafsir, 2005: 145). Banyak cerita yang mengandung nasihat, pelajaran, dan petunjuk yang sungguh sangat efektif untuk menciptakan suasana interaksi pendidikan (Ramayulis, 2008: 199). Metode mau’izah sangat besar pengaruhnya pada perkembangan psikologis peserta didik dan akan meningkatkan motivasi belajar mereka bila disampaikan dengan baik.
Metode mau’izah merupakan bagian dari sekian banyak metode pengajaran yang diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Dalam teknis penyampaianya, metode mau’izah dilakukan dengan penyajian materi melalui penjelasan lisan oleh seorang guru yang berisi nasehat tentang kebenaran yang disampaikan dengan cara menyentuh kalbu.
Menurut Saiful Bahri dalam Mahmud dan Tedi Priatna (2005: 172) menyatakan bahwa “metode memiliki kedudukan yang salah satunya adalah motivasi eksterinsik yaitu sebagai pembangkit motivasi”. Maka dengan menggunakan metode yang baik diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, metode mau’izah adalah salah satu metode yang cocok digunakan dalam pembelajaran PAI yang apabila metode mau’izah ini dipraktikan dengan baik maka akan meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
Setelah dilakukan studi pendahuluan di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung penulis melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengatakan bahwa kebanyakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam disampaikan dengan menggunakan metode mau’izah, selain itu beliau mengatakan bahwa motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah terlihat masih kurang. Hal ini dapat diketahui masih adanya siswa yang kurang perhatian dalam mengikuti pembelajaran, dan masih bersikap main-main dalam mengikuti pembelajaran PAI, nara sumber menambahkan sekitar 30% dari keseluruhan siswa yang masih kurang perhatian dalam mengikuti pembelajaran PAI, Padahal narasumber mengatakan bahwa pembelajaran sudah disampaikan dengan baik begitupun ketika menggunakan metode mau’izah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka timbul pertanyaan: bagaimana penggunaan metode mau’izah di SMP Plus Robithoh Sekesalam, bagaimana motivasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, serta bagaimana hubungan penggunaan metode mau’izah terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay.
Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di SMP tersebut yang di rumuskan dalam judul “PENGARUH PENGGUNAAN METODE MAU’IZAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”  (Penelitian di kelas VII, VIII dan IX SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung Tahun 2011)



B.           Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah pokok yang akan diteliti dalam  penyusunan skripsi ini yaitu:
1.      Bagaimana penggunaan metode mau’izah di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung?
2.      Bagaimana motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung?
3.      Bagaimana pengaruh penggunaan metode mau’izah terhadap motivasi belajar siwa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung?

C.          Tujuan Penelitian

       Tujuan  sangatlah penting dalam mengarahkan perencanaan dan langkah kegiatan yang akan di lakukan, dengan tujuan yang jelas kita akan melangkah secara efektif dan efisien sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu tujuan penelitian ini diarahkan pada upaya penyajian data sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui penggunaan metode mau’izah di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung.
2.      Untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung.
3.      Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode mau’izah terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung.

D.          Kerangka Pemikiran

Metode secara harfiyah berarti cara (Sobri Sutikno, 2008: 83). Dalam bahasa Arab istilah metode adalah thariqah yang berarti langkah-langkah yang strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis, 2008: 184).  Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh seorang pendidik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat menerima pelajaran dengan mudah, efektif, dan dapat dicerna dengan baik. Hasan Langgulung dalam Ramayulis (2008: 184) mendefinisikan bahwa “metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan”. Sedangkan Abdurahman Ghunaimah dalam buku yang sama mendefinisikan bahwa “metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran”.
Metode pendidikan Islam dalam penerapanya banyak menyangkut permasalahan individu atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri, sehingga dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Dasar-dasar tersebut adalah: (1) dasar agamis (agama), (2) dasar biologis, (3) dasar psikologis, (4) dasar sosiologis (Ramayulis, 2008: 185-188).
Winarno dalam Mahmud dan Tedi Priatna (2005: 174-175) menyatakankan bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
1.      Tujuan, karakteristik tujuan yang akan dicapai sangat mempengaruhi penentuan metode, sebab metode tunduk pada tujuan bukan sebaliknya.
2.      Anak didik, anak didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik minat, bakat kebiasaan, motivasi, status sosial, lingkungan keluarga, dan harapan terhadap masa depanya.
3.      Situasi, situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dianmis, guru harus teliti dalam melihat situasi.
4.      Guru, setiap guru memiliki kepribadian, performeance, style, kebiasaan dan pengalaman mengajar yang berbeda-beda, kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi pula oleh latar belakang pendidikan.
5.      Fasilitas, fasilitas dapat mempengaruhi penentuan dan pemilihan metode mengajar. Oleh karena itu, ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan metode yang tepat.

Selanjutnya hal yang sama diungkapkan Mahmud dan Tedi (2005: 160) “tujuan pendidikan harus benar-benar dipegang sebagai dasar dalam memilih metode, karena metode harus berfungsi untuk mencapai tujuan. Pendidik perlu memahami pandangan hidup sebagai muslim yang bertugas mentransfer ide-ide agama Islam pada anak didiknya”. Salah satu metode yang dapat mentransfer ide-ide agama Islam kepada peserta didik adalah metode mau’izah. Ramayulis (2008: 199) dalam bukunya menyatakan “banyak cerita yang mengandung nasihat, pelajaran,dan petunjuk yang sungguh sangat efektif untuk menciptakan suasana interaksi pendidikan”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat difahami bahwa metode mau’izah ini sangat efektif dalam menciptakan suasana interaksi pendidikan, tentunya dengan harapan tujuan pembelajaran dapat dicapai karena metode ini sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan psikologis siswa apabila disampaikan dengan baik.
Ahmad Tafsir (2005: 145-146) dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam menyebutkan bahwa kata wa’z itu dapat berarti bermacam-macam, yaitu:
1.      Nasehat, yaitu sajian bahasan tentang kebenaran dengan maksud orang yang dinasehati untuk mengamalkanya.
2.      Tadzkir yaitu peringatan, yang memberi nasehat hendaknya berulangkali mengingatkan agar nasehat itu meninggalkan kesan sehingga orang yang dinasehati tergerak untuk mengikuti nasehat itu.

Abudin Nata (2010: 98) mengemukakan “Al-Qur’an al-Karim juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya”, yang kemudian ia sebut dengan nasihat (mau’izah). Selain itu, beliau menambahkan bahwa nasihat yang disampaikanya ini selalu disertai dengan panutan atau teladan dari sipemberi atau penyampai nasihat itu yaitu pendidik.
Banyak dalam alqur’an berupa nasihat dan cerita mengenai para Rasul atau Nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW yang bertujuan menimbulkan kesadaran bagi yang mendengarkan atau yang membacanya agar meningkatkan iman dan berbuat amal kebaikan dalam menjalani hidup dan kehidupanya masing-masing (Ramayulis, 2008: 199). Hal ini dapat diartikan bahwa nasihat merupakan salah satu cara penyampaian pesan yang dapat memunculkan motivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dalam hidupnya sesuai dengan nasihat dalam alqur’an seperti yang disampaikan gurunya dalam pembelajaran.
Selain itu Ahmad Tafsir (2005: 145-146) mengatakan bahwa metode mau’izah ini hendaknya disampaikan dengan cara menyentuh kalbu yang sebetulnya tidaklah mudah dalam melaksanakanya, untuk itu dengan keikhlasan dari yang menasehati (guru) dan disampaikan dengan berulang-ulang akhirnya nasehat itu akan dirasakan menyentuh kalbu pendengarnya. Oleh karena itu, dalam mewujudkan interaksi antara pendidik dan peserta didik, metode mau’izah (nasihat) merupakan cara mendidik yang bertumpu pada bahasa baik lisan, maupun tulisan.
Hal senada diungkapkan oleh Nur Uhbiyati (2005:197) “didalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar, pembawaan itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang. Nasihat yang berpengaruh membuka jalanya ke dalam jiwa secara langsung melalui perasaan”. Ini artinya penyampaian materi dengan menggunakan metode nasihat harus disampaikan dengan berulang-ulang.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka penulis menyimpulkan indikator metode mau’izah adalah: (1) nasihat, (2) tadzkir , (3) teladan, (4) motivasi dalam melakukan kebaikan (5) disampaikan berulang-ulang dan (6) menyentuh kalbu.
Dalam proses belajar mengajar yang baik seorang guru senantiasa berusaha membangkitkan motivasi siswa sehingga seluruh perhatian mereka terpusat kapada bahan yang diajarkan. Motivasi belajar adalah kekuatan atau dorongan dalam diri peserta didik untuk mencapai suatu tujuan. Terjadinya motivasi pada diri seseorang itu dapat muncul dari diri sendiri maupun pengaruh luar, atau disebut juga dengan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Mengenai motivasi belajar siswa di sekolah Abin Syamsudin (2007: 40) memberikan identifikasi beberapa indikator motivasi, yaitu sebagai berikut:
1.      Durasi Kegiatan, yaitu berapa lama kemampuan penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan lebih banyak menggunakan waktunya untuk kegiatan belajar.
2.      Frekuensi kegiatan, yaitu seberapa sering kegiatan yang dikakukan dalam periode waktu tertentu. Siswa yang bermotivasi tinggi akan terlihat kontinuitas dan rutinitas kegiatan belajarnya.
3.      Presistensi pada tujuan, persistensi pada tujuan artinya ketetapan dan kelekatan pada tujuan siswa yang presistensi pada tujuan maka cita-citanya tinggi pula, sehingga kegiatan belajarnya betul-betul dilakukan dengan semangat dan serius.
4.      Ketabahan dan keuletan, ketabahan dan keuletan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan hanya dimiliki oleh anak-anak pelajar yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar.
5.      Devosi untuk mencapai tujuan, anak yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap belajar cenderung memiliki devosi (pengorbanan) baik uang, tenaga, pikiran, dan jiwanya untuk mencapai tujuan belajarnya.
6.      Tingkatan aspirasi, yaitu rencana, cita-cita, sasaran, atau target dan idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Keseriusan dalam mencapai rencana, cita-cita atau target merupakan indikator dari seorang siswa yang memiliki perhatian dan motivasi tinggi dalam belajar.
7.      Tingkatan kualifikasi dari prestasi, siswa yang memiliki motivasi dalam belajar cenderung mendapatkan kualifikasi prestasi yang tinggi karena keseriusanya dalam belajar.
8.      Arah sikap terhadap sasaran kegiatan, siswa yang menaruh perhatian maksimal terhadap belajar tentu ia senang dan bergairah dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Untuk lebih jelasnya, kerangkan pemikiran tersebut dapat dilihat pada skema berikut ini:

 














E.           Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaranya masih lemah, sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti dibawah dan “thesa” yang berarti kebenaran (Yaya Suryana dan Tedi Priatna: 2009: 149).
Adapun hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:
1.      Ho: rxy = 0, tidak terdapat korelasi yang positif antara penggunaan metode mau’izah dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam.
2.      Ha: rxy ≠ 0, terdapat korelasi yang positif antara penggunaan metode mau’izah dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Pembuktian hipotesis ini akan dilakukan secara korelasi dengan menguji kebenaran hipotesis nol (Ho) pada taraf signifikan 5%, maka untuk menguji kebenaran hipotesis diatas digunakan rumus jika t hitung  > t table, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y dan jika t hitung < t table maka hipotesis nol (Ho) diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y (Suharsimi Arikunto, 2006: 69-71).
Oleh karena itu penelitian ini beranjak dari hipotesis terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara metode mau’izah dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

F.           Metodologi Penelitian

1.   Menentukan Jenis data
Secara garis besar data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini akan di klasifikasikan ke dalam data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu bahan keterangan tidak berwujud angka atau bilangan (Anas Sudijono, 2008: 5). Sedangkan penelitian kualitatif adalah “suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami” (Yaya Suryana, 2009: 89), data ini bersumber pada hasil pengumpulan data teknik observasi dan teknik wawancara. Data ini akan diarahkan pada pendalaman tentang segi-segi praktis yang berlangsung di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung.
Sedangkan data kuantitatif adalah data yang lebih spesifik diarahkan pada pendalaman tentang penggunaan metode mau’izah terhadap motivasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2.      Penentuan Sumber Data dan Lokasi Penelitian
  Menurut Cik Hasan Bisri dalam Yaya Suryana dan Terdi Priatna (2009: 156) sumber data adalah “subjek dari mana data dapat diperoleh, dapat berupa bahan pustaka, atau berupa orang (informan atau responden)”. Secara umum, penentuan sumber data didasarkan atas jenis data yang telah ditetukan. Setelah jenis data ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan sumber dari mana data tersebut akan dikumpulkan. Dalam tahap ini juga ditentukan lokasi penelitian dan  populasi  penelitian, rincian pembahasanya sebagai berikut:
a.       Lokasi Penelitian
Data yang diperoleh dari lokasi penelitian adalah data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Diam misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna, dan lain lain. Bergerak misalnya aktivitas, kinerja, kegiatan belajar mengajar dan lainya (Suharsimi dalam Yahya dan Tedi, 2009: 174). Adapun lokasi penelitian ini adalah di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung, sekolah ini dipilih karena permasalahan yang dikaji ditemukan di lokasi ini.


b.      Merumuskan populasi
Mengenai populasi ini, Suharsimi Arikunto (2006: 136) menyatakan populasi adalah “keseluruhan subyek penelitian”. Oleh karena itu, populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay. Adapun jumlah siswa kelas VII, VIII dan IX  seluruhnya sebanyak 45 siswa.
Keadaan populasi SMP Plus Robithoh Sekesalam angkatan 2010-1011 adalah sebagai berikut:
Tabel 1
KELAS
L
P
JUMLAH
VII
10
7
17
VIII
12
2
14
IX
8
6
14
JUMLAH
30
15
45

3.      Penentuan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu melakukan penelitian variabel demi variabel satu persatu. Metode penelitian survey deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Dengan demikian metode deskriptif ini digunakan untuk mengumpulkan secara sistematis fakta aktual karakteristik populasi tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat.
4.      Menentukan Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan beberapa teknik penelitian yaitu:
a.         Observasi
Teknik observasi ini ditentukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Menurut Yaya Suryana dan Tedi Priatna (2009:193) observasi adalah “teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki, observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala-gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan”. Oleh karena itu, observasi untuk mengamati dan mencatat fenomena penulis lakukan langsung yaitu di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay.
b.         Wawancara
Menurut Muhammad Ali dalam Yaya Suryana dan Tedi Priatna (2009: 200) wawancara adalah “teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden, dan jawaban responden dicatat atau direkam”. Wawancara penulis lakukankan dengan cara dialog langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan meliputi pengurus yayasan, komite sekolah, kepala sekolah, guru, dan siswa SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay.
Data yang diperoleh  melalui teknik ini adalah mengenai kondisi objektif lokasi penelitian, penggunaan metode pembelajaran mau’izah dan motivasi belajar  peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam.
c.          Angket atau kuesioner
Suharsimi Arikunto (2006: 151) menjelaskan kuesioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang ia ketahui”. Jadi, angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi langsung dengan sumber data melalui sejumlah pertanyaan tertulis yang disediakan alternatif jawabannya. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pengaruh penggunaan metode mau’izah terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
d.      Studi Dokumentasi
       Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa (Sedarmayanti dalam Yaya Suryana dan Tedi Priatna, 2009: 213). Studi dokumentasi terhadap data dan informasi tertulis mengenai segala hal yang berkaitan dengan program pengajaran Pendidikan Agama Islam (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, dan bahan pembelajaran PAI), data kesiswaan dan data mengenai kondisi objektif di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung.
5.   Menentukan Analisis Data
Analisis data dilakukan sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan. Dalam hal ini teknik logika akan digunakan bagi data kualitatif sedangkan data kuantitatif yang diolah dengan data statistik.
Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam analisis statistik adalah sebagai berikut;
a.       Analisis Parsial
       Untuk menjawab variabel X dan Y diperlukan penilaian tiap variabel dengan langkah sebagai berikut:
1)      Analisis parsial pervariabel dengan rumus:
Untuk variable X dengan rumus:
Untuk variable Y dengan rumus:
2)      Uji normalitas masing-masing variabel dengan langkah sebagai berikut:
a)      Menentukan rentang (R)
      R =                                                               (Subana, 2000: 39)
b)      Menentukan banyaknya kelas
      K = 1 + 3,3 log n                                                               (Subana, 2000: 39)
c)      Menentukan panjang kelas interval (P)
                                                                               (Sudjana, 2005: 47)
Keterangan:           P = Panjang Kelas
                              R = Rentang
                              K = Banyak Kelas
d)     Membuat table distribusi frekwensi
e)      Uji tendensi sentral yang meliputi:
-          Menentukan rata-rata (Mean)
                                                 (Subana, 2000: 66)
-          Menentukan Median (Me)
                                             (Sudjana, 2005: 79)    
-          Menentukan modus (Mo)
                                              (Sudjana, 2005: 77)
f)       Menentukan nilai standar deviasi (SD)
                                                (Subana, 2000: 92)
g)      Membuat tabel distribusi frekwensi observasi dan espektasi kedua variabel
h)      Mencari chi kuadrat ()
                                               (Sudjana, 2005: 273)
i)        Menentukan derajat kebebasan (dk)
Dk = K - 3                                                                   (Sudjana, 2005: 293)
j)        Menentukan nilai chi kuadrat tabel dengan taraf signifikan 5%
k)      Menginterpretasikan hasil pengujian normalitas dengan ketentuan:
Jika  hitung <  tabel maka data terdistribusi normal,  dan jika  hitung >  tabel  maka data yang diteliti berdistribusi tidak normal (Subana, 2000: 126).
3)      Penafsiran variabel X dan Y
Jika berdistribusi normal maka penafsiranya cukup mean saja, jika data tidak berdistribusi normal maka perlu ditafsirkan ketiga tendensi sentral.
       Rumus tendensi sentral yaitu mean, median, modus (jumlah salah satu atau masing-masing dari ketiganya) lalu dibagi oleh jumlah item kemudian ditafsirkan dengan skala sebagai berikut:
1,00 – 1,79 = Sangat rendah
1,80 – 2,59 = Rendah
2,60 – 3,39 = Cukup / sedang
3,40 – 4,19 = Tinggi
4,20 – 5,00 = Sangat tinggi
                                                            (Sambas Ali muhidin, dkk 2009: 146)

b.      Analisis Korelasional
       Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel, yaitu tentang penggunaan  metode mau’izah dan tentang motivasi  belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan langkah langkah sebagai berikut:


1)      Menentukan persamaan linieritas regresi dengan rumus  dimana:
           
                                                           (Sudjana, 2005: 315)
2)      Menguji linieritas regresi
a)      Menghitung jumlah kuadrat regresi a (JK a)
                                                                         (Subana, 2000: 162)
b)      Menghitung jumlah kuadrat regresi b terhadap a (JK b/a)
                                     (Subana, 2000: 162)
c)      Menghitung jumlah kuadtar residu (Jk r)
                                     (Subana,2000: 163)
d)     Menghitung jumlah kuadrat kekeliruan (JK kk)
                                        (Subana, 2000: 163)
e)      Menghitung jumlah kuadrat ketidak cocokan
      JK tc = JK r – JK kk                                                         (Subana, 2000: 163)
f)       Menghitung jumlah derajat kebebasan kekeliruan (db kk)
      db kk = n - K                                                                    (Subana, 2000: 163)
g)      Menghitung derajat kebebasan ketidak cocokan
                                                                           (Subana, 2000: 163)
h)      Menghitung rata-rata kuadrat kekeliruan
      RK kk = JK kk – Db kk                                                    (Subana, 2000: 163)
i)        Menghitung rata-rata kuadrat ketidak cocokan
                                                                    (Subana, 2000: 163)
j)        Menghitung nilai F ketidak cocokan (F tc)
                                                                    (Subana, 2000: 163)
k)      Menghitung nilai F dari daftar /table dengan taraf kepercayaan 5%
l)        Pengujian regresi dengan ketentuan sebagai berikut:
-          Jika F tc < F table maka regresi linear, dan
-          Jika F tc > F table maka regresi tidak linear
(Subana, 2000: 162-164)
3)      Menghitung koefesien korelasi
a)      Jika variabelnya berdistribusi normal dan beregresi linear, maka digunakan rumus korelasi Product Moment yaitu:
       (Suharsimi Arikunto, 2010: 278)
b)      Jika variabelnya berdistribusi tidak normal dan linier, maka digunakan rumus Rank spearman:
                                                     (Subana, 2000: 145)
4)      Menentukan penafsiran koefesien korelasi dengan ketentuan (Anas Sudijono, 2008: 193):
0,00 sampai dengan  0,20 = korelasi sangat rendah / lemah sehingga diabaikan
0,20 sampai dengan 0,40 = korelasi rendah / lemah
0,40 sampai dengan 0,70 = korelasi sedang / cukup
0,70 sampai dengan 0,90 = korelasi kuat / tinggi
0,90 sampai dengan 1,00 = korelasi sangat kuat / tinggi

5)      Menghitung signifikansi korelasi kedua variabel dengan langkah sebagai berikut:
a)      Menghitung harga t, dengan rumus:
                                                                              (Sudjana, 2005: 377)
b)      Menghitung t table dengan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan dengan rumus: (dk = N - 2)                                          (Sudjana, 2005: 325)
c)      Membandingkan harga t hitung dengan harga t table, untuk menguji hipotesis dengan ketentuan:
-          Hipotesis diterima jika t hitung > t table
-          Hipotesis ditolak  jika t hitung < t table          (Subana, 2000: 129)
6)      Menghitung signifikansi korelasi kedua variabel dengan Mengukur derajat pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

       Proses penghitungan untuk derajat pengaruh variabel X terhadap variabel Y dilakukan dengan koefesien diterminasi  yaitu kuadrat dari koefesien korelasi yang dikalikan dengan 100.                                                         (Subana, 2000: 137).

No comments:

Post a Comment

Skincare Reglow

https://fenia.sahabatreglow.net/reglow/ Konsultasi/tanya