BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia
(SDM). Kualitas SDM bergantung pada pendidikan yang baik yang mencetak dan
mengembangkan potensi peserta didik
sehingga menghasilkan out put yang baik dan berkualitas.
Karena
begitu pentingnya peran pendidikan dalam mengembangkan potensi peserta didik,
dapat diartikan bahwa pendidikan merupakan suatu upaya yang paling tepat untuk
mengembangkan, membina, mengarahkan dan meningkatkan kualitas individu secara
optimal baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan pribadinya. Berdasarkan
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 1 menyebutkan:
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara” (Himpunan Peraturan
Perundang-undangan Guru dan Dosen, 2006: 58).
Hal
ini sejalan dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam
UU Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan:
Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab (Himpunan Peraturan Perundang-undangan Guru dan Dosen, 2006: 62).
Sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas dan fungsi untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam
mengembangkan potensi peserta didik
harus dibarengi dengan usaha
untuk melatih dan memperkaya potensinya dengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan yaitu melalui suatu proses
pendidikan. Untuk kelancaran proses pendidikan, maka lembaga pendidikan formal
atau sekolah dibagi kedalam beberapa jenjang pendidikan, dan setiap jejangnya
dibagi kedalam beberapa kelas. Salah satunya Sekolah Menengah Pertama (SMP)
yang merupakan jenjang pendidikan menengah pertama yang mempersiapkan lulusanya
untuk melanjutkan ke jenjang menengah atas. Pada jenjang ini pembelajaran yang
di sajikan masih bersifat umum sehingga lulusannya dapat melanjutkan kemanapun
baik Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan ataupun Madrasah Aliyah.
Mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam diberikan di setiap jenjang pendidikan baik di
negri ataupun swasta. Begitupun di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay. Pendidikan
Agama Islam sangatlah penting dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan
Nasional seperti yang tercantum dalam Undang Undang yang telah dikemukakan
diatas.
Dalam
proses pendidikan, pada prakteknya metode mempunyai peran yang sangat penting
dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Metode pendidikan yang tidak tepat guna
akan menjadi penghalang kelancaran jalanya proses belajar mengajar. Oleh karena
itu, metode yang dipergunakan oleh pendidik baru dapat dikatakan berhasil
apabila dengan metode tersebut dapat dicapai tujuan yang ditetapkan. Metode mau’izah merupakan metode dengan cara
menyentuh kalbu (Ahmad Tafsir, 2005: 145). Banyak cerita yang mengandung
nasihat, pelajaran, dan petunjuk yang sungguh sangat efektif untuk menciptakan
suasana interaksi pendidikan (Ramayulis, 2008: 199). Metode mau’izah sangat besar pengaruhnya pada
perkembangan psikologis peserta didik dan akan meningkatkan motivasi belajar mereka
bila disampaikan dengan baik.
Metode
mau’izah merupakan bagian dari sekian
banyak metode pengajaran yang diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa dalam
belajar. Dalam teknis penyampaianya, metode mau’izah
dilakukan dengan penyajian materi melalui penjelasan lisan oleh seorang guru
yang berisi nasehat tentang kebenaran yang disampaikan dengan cara menyentuh
kalbu.
Menurut
Saiful Bahri dalam Mahmud dan Tedi Priatna (2005: 172) menyatakan bahwa “metode
memiliki kedudukan yang salah satunya adalah motivasi eksterinsik yaitu sebagai
pembangkit motivasi”. Maka dengan menggunakan metode yang baik diharapkan dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa, metode mau’izah adalah salah satu metode yang cocok digunakan dalam pembelajaran
PAI yang apabila metode mau’izah ini
dipraktikan dengan baik maka akan meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran PAI.
Setelah
dilakukan studi pendahuluan di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung
penulis melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang mengatakan bahwa kebanyakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
disampaikan dengan menggunakan metode mau’izah,
selain itu beliau mengatakan bahwa motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di sekolah terlihat masih kurang. Hal ini dapat
diketahui masih adanya siswa yang kurang perhatian dalam mengikuti pembelajaran,
dan masih bersikap main-main dalam mengikuti pembelajaran PAI, nara sumber
menambahkan sekitar 30% dari keseluruhan siswa yang masih kurang perhatian
dalam mengikuti pembelajaran PAI, Padahal narasumber mengatakan bahwa
pembelajaran sudah disampaikan dengan baik begitupun ketika menggunakan metode mau’izah.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka timbul pertanyaan: bagaimana penggunaan metode mau’izah di SMP Plus Robithoh Sekesalam,
bagaimana motivasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, serta
bagaimana hubungan penggunaan metode mau’izah
terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam di
SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay.
Oleh
karena itu penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di SMP tersebut yang
di rumuskan dalam judul “PENGARUH PENGGUNAAN
METODE MAU’IZAH TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM” (Penelitian di kelas VII, VIII dan IX SMP
Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung Tahun 2011)
B.
Perumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah pokok yang akan diteliti
dalam penyusunan skripsi ini yaitu:
1.
Bagaimana
penggunaan metode mau’izah di SMP
Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung?
2.
Bagaimana
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Plus
Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung?
3.
Bagaimana
pengaruh penggunaan metode mau’izah
terhadap motivasi belajar siwa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
sangatlah penting dalam mengarahkan perencanaan dan langkah kegiatan
yang akan di lakukan, dengan tujuan yang jelas kita akan melangkah secara
efektif dan efisien sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu tujuan
penelitian ini diarahkan pada upaya penyajian data sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
penggunaan metode mau’izah di SMP
Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung.
2.
Untuk mengetahui
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Plus
Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung.
3.
Untuk mengetahui
pengaruh penggunaan metode mau’izah
terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung.
D.
Kerangka Pemikiran
Metode
secara harfiyah berarti cara (Sobri Sutikno, 2008: 83). Dalam bahasa Arab
istilah metode adalah thariqah yang
berarti langkah-langkah yang strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan (Ramayulis, 2008: 184). Metode
mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh seorang pendidik
dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat menerima pelajaran
dengan mudah, efektif, dan dapat dicerna dengan baik. Hasan Langgulung dalam Ramayulis (2008: 184) mendefinisikan
bahwa “metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
pendidikan”. Sedangkan Abdurahman Ghunaimah dalam buku yang sama mendefinisikan
bahwa “metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran”.
Metode
pendidikan Islam dalam penerapanya banyak menyangkut permasalahan individu atau
sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri, sehingga dalam menggunakan
metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan
Islam. Dasar-dasar tersebut adalah: (1) dasar agamis (agama), (2) dasar biologis,
(3) dasar psikologis, (4) dasar sosiologis (Ramayulis, 2008: 185-188).
Winarno
dalam Mahmud dan Tedi Priatna (2005: 174-175) menyatakankan bahwa pemilihan dan
penentuan metode dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
1. Tujuan, karakteristik
tujuan yang akan dicapai sangat mempengaruhi penentuan metode, sebab metode
tunduk pada tujuan bukan sebaliknya.
2. Anak
didik,
anak didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik
minat, bakat kebiasaan, motivasi, status sosial, lingkungan keluarga, dan
harapan terhadap masa depanya.
3. Situasi, situasi kegiatan
belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dianmis, guru harus
teliti dalam melihat situasi.
4. Guru, setiap guru
memiliki kepribadian, performeance, style, kebiasaan dan pengalaman mengajar
yang berbeda-beda, kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi pula oleh latar
belakang pendidikan.
5. Fasilitas, fasilitas dapat
mempengaruhi penentuan dan pemilihan metode mengajar. Oleh karena itu,
ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan metode yang tepat.
Selanjutnya
hal yang sama diungkapkan Mahmud dan Tedi (2005: 160) “tujuan pendidikan harus
benar-benar dipegang sebagai dasar dalam memilih metode, karena metode harus
berfungsi untuk mencapai tujuan. Pendidik perlu memahami pandangan hidup
sebagai muslim yang bertugas mentransfer ide-ide agama Islam pada anak didiknya”.
Salah satu metode yang dapat mentransfer ide-ide agama Islam kepada peserta
didik adalah metode mau’izah. Ramayulis
(2008: 199) dalam bukunya menyatakan “banyak cerita yang mengandung nasihat,
pelajaran,dan petunjuk yang sungguh sangat efektif untuk menciptakan suasana
interaksi pendidikan”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat difahami bahwa
metode mau’izah ini sangat efektif
dalam menciptakan suasana interaksi pendidikan, tentunya dengan harapan tujuan
pembelajaran dapat dicapai karena metode ini sangat berpengaruh besar terhadap
perkembangan psikologis siswa apabila disampaikan dengan baik.
Ahmad
Tafsir (2005: 145-146) dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam
menyebutkan bahwa kata wa’z itu dapat
berarti bermacam-macam, yaitu:
1. Nasehat, yaitu sajian
bahasan tentang kebenaran dengan maksud orang yang dinasehati untuk
mengamalkanya.
2. Tadzkir yaitu
peringatan, yang memberi nasehat hendaknya berulangkali mengingatkan agar
nasehat itu meninggalkan kesan sehingga orang yang dinasehati tergerak untuk
mengikuti nasehat itu.
Abudin
Nata (2010: 98) mengemukakan “Al-Qur’an al-Karim juga menggunakan
kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang
dikehendakinya”, yang kemudian ia sebut dengan nasihat (mau’izah). Selain itu, beliau menambahkan bahwa nasihat yang
disampaikanya ini selalu disertai dengan panutan atau teladan dari sipemberi
atau penyampai nasihat itu yaitu pendidik.
Banyak
dalam alqur’an berupa nasihat dan cerita mengenai para Rasul atau Nabi
terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW yang bertujuan menimbulkan kesadaran bagi
yang mendengarkan atau yang membacanya agar meningkatkan iman dan berbuat amal
kebaikan dalam menjalani hidup dan kehidupanya masing-masing (Ramayulis, 2008:
199). Hal ini dapat diartikan bahwa nasihat merupakan salah satu cara
penyampaian pesan yang dapat memunculkan motivasi seseorang untuk melakukan
kebaikan dalam hidupnya sesuai dengan nasihat dalam alqur’an seperti yang
disampaikan gurunya dalam pembelajaran.
Selain
itu Ahmad Tafsir (2005: 145-146) mengatakan bahwa metode mau’izah ini hendaknya disampaikan dengan cara menyentuh kalbu yang
sebetulnya tidaklah mudah dalam melaksanakanya, untuk itu dengan keikhlasan
dari yang menasehati (guru) dan disampaikan dengan berulang-ulang akhirnya
nasehat itu akan dirasakan menyentuh kalbu pendengarnya. Oleh karena itu, dalam
mewujudkan interaksi antara pendidik dan peserta didik, metode mau’izah (nasihat) merupakan cara
mendidik yang bertumpu pada bahasa baik lisan, maupun tulisan.
Hal
senada diungkapkan oleh Nur Uhbiyati (2005:197) “didalam jiwa terdapat
pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar, pembawaan itu
biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang. Nasihat
yang berpengaruh membuka jalanya ke dalam jiwa secara langsung melalui
perasaan”. Ini artinya penyampaian materi dengan menggunakan metode nasihat
harus disampaikan dengan berulang-ulang.
Dari
beberapa pendapat tersebut, maka penulis menyimpulkan indikator metode mau’izah adalah: (1) nasihat, (2) tadzkir , (3) teladan, (4) motivasi dalam melakukan kebaikan
(5) disampaikan berulang-ulang dan (6)
menyentuh kalbu.
Dalam
proses belajar mengajar yang baik seorang guru senantiasa berusaha
membangkitkan motivasi siswa sehingga seluruh perhatian mereka terpusat kapada
bahan yang diajarkan. Motivasi belajar adalah kekuatan atau dorongan dalam diri
peserta didik untuk mencapai suatu tujuan. Terjadinya motivasi pada diri
seseorang itu dapat muncul dari diri sendiri maupun pengaruh luar, atau disebut
juga dengan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Mengenai
motivasi belajar siswa di sekolah Abin
Syamsudin (2007: 40) memberikan identifikasi beberapa indikator
motivasi, yaitu sebagai berikut:
1.
Durasi
Kegiatan, yaitu berapa lama kemampuan penggunaan waktu untuk
melakukan kegiatan. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan lebih banyak
menggunakan waktunya untuk kegiatan belajar.
2.
Frekuensi
kegiatan, yaitu
seberapa sering kegiatan yang dikakukan dalam periode waktu tertentu. Siswa
yang bermotivasi tinggi akan terlihat kontinuitas dan rutinitas kegiatan
belajarnya.
3.
Presistensi
pada tujuan, persistensi pada tujuan artinya
ketetapan dan kelekatan pada tujuan siswa yang presistensi pada tujuan maka
cita-citanya tinggi pula, sehingga kegiatan belajarnya betul-betul dilakukan
dengan semangat dan serius.
4.
Ketabahan
dan keuletan, ketabahan
dan keuletan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan hanya dimiliki oleh
anak-anak pelajar yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar.
5.
Devosi
untuk mencapai tujuan, anak yang mempunyai motivasi yang
tinggi terhadap belajar cenderung memiliki devosi (pengorbanan) baik uang,
tenaga, pikiran, dan jiwanya untuk mencapai tujuan belajarnya.
6.
Tingkatan
aspirasi, yaitu rencana, cita-cita, sasaran, atau target dan
idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Keseriusan dalam
mencapai rencana, cita-cita atau target merupakan indikator dari seorang siswa
yang memiliki perhatian dan motivasi tinggi dalam belajar.
7.
Tingkatan
kualifikasi dari prestasi, siswa
yang memiliki motivasi dalam belajar cenderung mendapatkan kualifikasi prestasi
yang tinggi karena keseriusanya dalam belajar.
8.
Arah
sikap terhadap sasaran kegiatan, siswa yang menaruh
perhatian maksimal terhadap belajar tentu ia senang dan bergairah dalam melaksanakan
kegiatan belajar.
Untuk
lebih jelasnya, kerangkan pemikiran tersebut dapat dilihat pada skema berikut
ini:
E.
Hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenaranya masih lemah, sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis berasal
dari kata “hypo” yang berarti dibawah
dan “thesa” yang berarti kebenaran (Yaya
Suryana dan Tedi Priatna: 2009: 149).
Adapun
hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:
1.
Ho: rxy = 0,
tidak terdapat korelasi yang positif antara penggunaan metode mau’izah dengan motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam.
2.
Ha: rxy ≠ 0, terdapat
korelasi yang positif antara penggunaan metode mau’izah dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Pembuktian
hipotesis ini akan dilakukan secara korelasi dengan menguji kebenaran hipotesis
nol (Ho) pada taraf signifikan 5%, maka untuk menguji kebenaran hipotesis
diatas digunakan rumus jika t hitung >
t table, maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan
antara variabel X dengan variabel Y dan jika t hitung < t table maka
hipotesis nol (Ho) diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara
variabel X dengan variabel Y (Suharsimi Arikunto, 2006: 69-71).
Oleh
karena itu penelitian ini beranjak dari hipotesis terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara metode mau’izah dengan motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
F.
Metodologi Penelitian
1.
Menentukan Jenis data
Secara
garis besar data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini akan di
klasifikasikan ke dalam data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu
bahan keterangan tidak berwujud angka atau bilangan (Anas Sudijono, 2008: 5).
Sedangkan penelitian kualitatif adalah “suatu pendekatan dalam melakukan
penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami”
(Yaya Suryana, 2009: 89), data ini bersumber pada hasil pengumpulan data teknik
observasi dan teknik wawancara. Data ini akan diarahkan pada pendalaman tentang
segi-segi praktis yang berlangsung di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay
Bandung.
Sedangkan
data kuantitatif adalah data yang lebih spesifik diarahkan pada pendalaman
tentang penggunaan metode mau’izah
terhadap motivasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2.
Penentuan Sumber Data dan Lokasi Penelitian
Menurut Cik
Hasan Bisri dalam Yaya Suryana dan
Terdi Priatna (2009: 156) sumber data adalah “subjek dari mana data dapat
diperoleh, dapat berupa bahan pustaka, atau berupa orang (informan atau
responden)”. Secara umum, penentuan sumber data didasarkan atas jenis data yang
telah ditetukan. Setelah jenis data ditentukan, langkah selanjutnya adalah
menentukan sumber dari mana data tersebut akan dikumpulkan. Dalam tahap ini
juga ditentukan lokasi penelitian dan populasi penelitian, rincian pembahasanya sebagai
berikut:
a.
Lokasi
Penelitian
Data
yang diperoleh dari lokasi penelitian adalah data yang menyajikan tampilan berupa
keadaan diam dan bergerak. Diam misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud
benda, warna, dan lain lain. Bergerak misalnya aktivitas, kinerja, kegiatan
belajar mengajar dan lainya (Suharsimi dalam Yahya dan Tedi, 2009: 174). Adapun
lokasi penelitian ini adalah di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung,
sekolah ini dipilih karena permasalahan yang dikaji ditemukan di lokasi ini.
b.
Merumuskan
populasi
Mengenai
populasi ini, Suharsimi Arikunto (2006: 136) menyatakan populasi adalah “keseluruhan
subyek penelitian”. Oleh karena itu, populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VII, VIII dan IX SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay. Adapun jumlah siswa
kelas VII, VIII dan IX seluruhnya
sebanyak 45 siswa.
Keadaan
populasi SMP Plus Robithoh Sekesalam angkatan 2010-1011 adalah sebagai berikut:
Tabel
1
KELAS
|
L
|
P
|
JUMLAH
|
VII
|
10
|
7
|
17
|
VIII
|
12
|
2
|
14
|
IX
|
8
|
6
|
14
|
JUMLAH
|
30
|
15
|
45
|
3.
Penentuan Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu melakukan penelitian
variabel demi variabel satu persatu. Metode penelitian survey deskriptif
bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan
gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan
praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan
yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari
pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan
datang. Dengan demikian metode deskriptif ini digunakan untuk mengumpulkan
secara sistematis fakta aktual karakteristik populasi tertentu, dalam hal ini
bidang secara aktual dan cermat.
4.
Menentukan Teknik Pengumpulan Data
Dalam
pengumpulan data ini, penulis menggunakan beberapa teknik penelitian yaitu:
a.
Observasi
Teknik
observasi ini ditentukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung ke lokasi
penelitian. Menurut Yaya Suryana dan Tedi Priatna (2009:193) observasi adalah
“teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang
diselidiki, observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari
gejala-gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan
didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan”. Oleh karena itu,
observasi untuk mengamati dan mencatat fenomena penulis lakukan langsung yaitu di
SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay.
b.
Wawancara
Menurut
Muhammad Ali dalam Yaya Suryana dan Tedi Priatna (2009: 200) wawancara adalah
“teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden, dan
jawaban responden dicatat atau direkam”. Wawancara penulis lakukankan dengan
cara dialog langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan meliputi pengurus
yayasan, komite sekolah, kepala sekolah, guru, dan siswa SMP Plus Robithoh
Sekesalam Ciparay.
Data
yang diperoleh melalui teknik ini adalah
mengenai kondisi objektif lokasi penelitian, penggunaan metode pembelajaran mau’izah dan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan
agama Islam.
c.
Angket atau
kuesioner
Suharsimi
Arikunto (2006: 151) menjelaskan kuesioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis
yang dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang ia ketahui”. Jadi, angket atau
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan
komunikasi langsung dengan sumber data melalui sejumlah pertanyaan tertulis
yang disediakan alternatif jawabannya. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan
data tentang pengaruh penggunaan metode mau’izah
terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
d.
Studi
Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan
data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui
dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan setiap
pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan
pengujian suatu peristiwa (Sedarmayanti dalam Yaya Suryana dan Tedi Priatna,
2009: 213). Studi dokumentasi terhadap data dan informasi tertulis mengenai
segala hal yang berkaitan dengan program pengajaran Pendidikan Agama Islam
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, dan bahan pembelajaran PAI),
data kesiswaan dan data mengenai kondisi objektif di SMP Plus Robithoh
Sekesalam Ciparay Bandung.
5. Menentukan Analisis Data
Analisis
data dilakukan sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan. Dalam hal ini teknik
logika akan digunakan bagi data kualitatif sedangkan data kuantitatif yang
diolah dengan data statistik.
Adapun
langkah-langkah yang akan ditempuh dalam analisis statistik adalah sebagai
berikut;
a.
Analisis Parsial
Untuk menjawab variabel X dan Y
diperlukan penilaian tiap variabel dengan langkah sebagai berikut:
1)
Analisis parsial
pervariabel dengan rumus:
Untuk
variable X dengan rumus:
Untuk
variable Y dengan rumus:
2)
Uji normalitas
masing-masing variabel dengan langkah sebagai berikut:
a)
Menentukan
rentang (R)
R = (Subana,
2000: 39)
b)
Menentukan
banyaknya kelas
K = 1 + 3,3 log n (Subana,
2000: 39)
c)
Menentukan
panjang kelas interval (P)
(Sudjana,
2005: 47)
Keterangan: P
= Panjang Kelas
R
= Rentang
K
= Banyak Kelas
d)
Membuat table
distribusi frekwensi
e)
Uji tendensi
sentral yang meliputi:
-
Menentukan
rata-rata (Mean)
(Subana, 2000: 66)
-
Menentukan
Median (Me)
(Sudjana,
2005: 79)
-
Menentukan modus
(Mo)
(Sudjana,
2005: 77)
f)
Menentukan nilai
standar deviasi (SD)
(Subana,
2000: 92)
g)
Membuat tabel distribusi
frekwensi observasi dan espektasi kedua variabel
h)
Mencari chi
kuadrat ()
(Sudjana,
2005: 273)
i)
Menentukan
derajat kebebasan (dk)
Dk
= K - 3 (Sudjana,
2005: 293)
j)
Menentukan nilai
chi kuadrat tabel dengan taraf signifikan 5%
k)
Menginterpretasikan
hasil pengujian normalitas dengan ketentuan:
Jika
hitung
< tabel
maka data terdistribusi normal, dan jika
hitung
> tabel maka data yang diteliti berdistribusi tidak
normal (Subana, 2000: 126).
3)
Penafsiran
variabel X dan Y
Jika
berdistribusi normal maka penafsiranya cukup mean saja, jika data tidak
berdistribusi normal maka perlu ditafsirkan ketiga tendensi sentral.
Rumus tendensi sentral yaitu mean,
median, modus (jumlah salah satu atau masing-masing dari ketiganya) lalu dibagi
oleh jumlah item kemudian ditafsirkan dengan skala sebagai berikut:
1,00
– 1,79 = Sangat rendah
1,80
– 2,59 = Rendah
2,60
– 3,39 = Cukup / sedang
3,40
– 4,19 = Tinggi
4,20
– 5,00 = Sangat tinggi
(Sambas Ali muhidin, dkk 2009: 146)
b.
Analisis
Korelasional
Analisis ini digunakan untuk mengetahui
hubungan antara kedua variabel, yaitu tentang penggunaan metode mau’izah
dan tentang motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan langkah langkah sebagai berikut:
1)
Menentukan
persamaan linieritas regresi dengan rumus dimana:
(Sudjana, 2005: 315)
2)
Menguji
linieritas regresi
a)
Menghitung jumlah
kuadrat regresi a (JK a)
(Subana, 2000: 162)
b)
Menghitung jumlah
kuadrat regresi b terhadap a (JK b/a)
(Subana,
2000: 162)
c)
Menghitung jumlah
kuadtar residu (Jk r)
(Subana,2000:
163)
d)
Menghitung jumlah
kuadrat kekeliruan (JK kk)
(Subana,
2000: 163)
e)
Menghitung jumlah
kuadrat ketidak cocokan
JK tc = JK r – JK kk (Subana,
2000: 163)
f)
Menghitung jumlah
derajat kebebasan kekeliruan (db kk)
db kk = n - K (Subana,
2000: 163)
g)
Menghitung derajat
kebebasan ketidak cocokan
(Subana,
2000: 163)
h)
Menghitung
rata-rata kuadrat kekeliruan
RK kk = JK kk – Db kk (Subana,
2000: 163)
i)
Menghitung
rata-rata kuadrat ketidak cocokan
(Subana,
2000: 163)
j)
Menghitung nilai
F ketidak cocokan (F tc)
(Subana,
2000: 163)
k)
Menghitung nilai
F dari daftar /table dengan taraf kepercayaan 5%
l)
Pengujian
regresi dengan ketentuan sebagai berikut:
-
Jika F tc < F
table maka regresi linear, dan
-
Jika F tc > F
table maka regresi tidak linear
(Subana, 2000: 162-164)
3)
Menghitung
koefesien korelasi
a)
Jika variabelnya
berdistribusi normal dan beregresi linear, maka digunakan rumus korelasi
Product Moment yaitu:
(Suharsimi Arikunto, 2010:
278)
b)
Jika variabelnya
berdistribusi tidak normal dan linier, maka digunakan rumus Rank spearman:
(Subana, 2000: 145)
4)
Menentukan
penafsiran koefesien korelasi dengan ketentuan (Anas Sudijono, 2008: 193):
0,00 sampai
dengan 0,20 = korelasi sangat rendah /
lemah sehingga diabaikan
0,20 sampai
dengan 0,40 = korelasi rendah / lemah
0,40 sampai
dengan 0,70 = korelasi sedang / cukup
0,70 sampai
dengan 0,90 = korelasi kuat / tinggi
0,90 sampai
dengan 1,00 = korelasi sangat kuat / tinggi
5)
Menghitung
signifikansi korelasi kedua variabel dengan langkah sebagai berikut:
a)
Menghitung harga
t, dengan rumus:
(Sudjana,
2005: 377)
b)
Menghitung t
table dengan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan dengan rumus: (dk =
N - 2) (Sudjana,
2005: 325)
c)
Membandingkan
harga t hitung dengan harga t table, untuk menguji hipotesis dengan ketentuan:
-
Hipotesis
diterima jika t hitung > t table
-
Hipotesis ditolak jika t hitung < t table (Subana, 2000: 129)
6)
Menghitung
signifikansi korelasi kedua variabel dengan Mengukur derajat pengaruh variabel
X terhadap variabel Y.
Proses penghitungan untuk derajat
pengaruh variabel X terhadap variabel Y dilakukan dengan koefesien
diterminasi yaitu kuadrat dari koefesien
korelasi yang dikalikan dengan 100. (Subana, 2000: 137).
No comments:
Post a Comment