Wednesday 18 January 2017

Kajian Teoritik

BAB II
KAJIAN TEORETIK TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN METODE MAU’IZAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


A.       Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Mengajar

1.        Pengertian metode mengajar

       Metode mengajar merupakan salah satu faktor yang memegang peran penting dalam menciptakan suasana pendidikan. Nana Sudjana (1989: 76) mendefinisikan metode mengajar adalah “cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru”. Hal senada diungkapkan Ahmadi dan Tri (1997:52) bahwa:
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur, selain itu metode ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok (klasikan), agar pelajaran itu dapat diserap, difahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan.

       Sementara itu, Tardif dalam Muhibbin Syah (2008:201) mendefinisikan metode mengajar adalah “cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa”.  Sri Anitah (2007: 1.24) mengungkapkan metode mengajar adalah “cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa”.
       Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh seorang pendidik dalam proses pembelajaran yang mengantarkan peserta didik kepada tercapainya suatu tujuan pembelajaran. Salah satu keterampilan guru yang paling  utama dalam proses belajar mengajar adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode ini tergantung pada usaha-usaha guru dalam membawakan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Karenanya seorang guru yang baik adalah yang memahami pentinya ketepatan dalam penggunaan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, guru yang professional dan kreatif akan memilih metode mengajar yang lebih tepat setelah menetapkan topik pembahasan materi dan tujuan pelajaran serta jenis kegiatan belajar siswa yang dibutuhkan, sehingga pembelajaran terlaksana dengan baik dan tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.

2.      Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode

       Setiap guru yang akan mengajar senantiasa dihadapkan pada pilihan metode. Banyak ragam metode yang dapat dipilih guru dalam kegiatan belajar mengajar, namun tidak semua metode bisa dikategorikan sebagai metode yang baik, dan tidak pula semua metode dikatakan tidak baik untuk dipergunakan, semuanya tergantung faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran ketika proses belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu, Ramayulis (2005: 12) mengemukakan beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode belajar diantaranya:
a.       Tujuan yang hendak dicapai, setiap orang yang mengerjakan sesuatu haruslah mengetahui dengan jelas tentang tujuan yang hendak dicapai;
b.      Siswa, para siswa yang akan menerima bahan pelajaran yang disajikan, diperhatikan oleh guru dalam metode belajar, sebab metode belajar itu ada yang menuntut pengetahuan dan kecepatan;
c.       Bahan pelajaran, metode yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelajaran yang disajikan;
d.      Fasilitas, turut menentukan terhadap metode belajar yang akan dipakai oleh guru;
e.       Situasi, yang termasuk dalam situasi disini adalah keadaan siswa, keadaan cuaca, keadaan guru, serta keadaan kelas;
f.       Partisipasi (turut aktif dalam setiap kegiatan);
g.      Guru, pribadi, pengetahuan dan kecekatan sangat menentukan metode mengajar yang akan digunakan;
h.      Kebaikan dan kelemahan metode, tidak ada suatu metode yang baik untuk setiap tujuan dalam setiap situasi, sehingga setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan.

       Selain itu, menurut Oemar Muhamad Al-Taumy dalam H. Mahmud dan Tedi Priatna (2005: 172),  terdapat beberapa ciri dari sebuah metode yang baik untuk pembelajaran pendidikan Agama Islam yakni: (1) Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa dan ajaran akhlak Islam yang mulia; (2) Bersifat lues, fleksibel dan memiliki daya dan sesuai dengan watak anak didik kepada kemampuan praktis; (3) Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan materi; (4) Memberikan keluasan pada anak didik untuk menyatakan pendapatnya dan (5) Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam keseluruhan proses belajar mengajar.
       Dalam menetapkan metode mengajar, bukan tujuan yang menyesuaikan dengan metode atau karakter anak, tetapi metode hendaknya dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu keefektipan penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah dipersiapkan dalam silabus dan RPP sebagai persiapan tertulis.
       Gambaran yang hampir sama diungkapkan Winarno Surakhmad dalam Syarif Jamaludin (2002: 89-93) yang mengatakan bahwa, pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a.       Anak didik, perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pengajaran yang dirumuskan secara operasional.
b.      Tujuan, tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan  belajar mengajar.  Metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf  kemampuan yang hendak diisi kedalam diri setiap anak didik, artinya metodelah yang harus tunduk pada kehendak tujuan.
c.       Situasi, situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama, maka guru harus memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang ingin  diciptakan.
d.      Fasilitas, fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.
e.       Guru, setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi.
Selain itu, Oemar Mahmud At-Thaumi al-Syaibani dalam Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir (2008: 176) menyatakan tujuh prinsip pokok metode pendiddikan Islam, yaitu seorang pendidik perlu: (1) Mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat siswa; (2) Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pendidikan; (3) Mengetahui tahap kematangan, perkembangan serta perubahan peserta didik; (4) Mengetahui perbedaan-perbedaan individu peserta didik; (5) Memperhatikan pemahaman, mengetahui hubungan-hubungan, integrasi pengalaman, kelanjutanya, keaslian, pembaruan, dan kebebasan berfikir; (6) Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman bagi peserta didik dan (7) Menegakan uswatun hasanah. Oleh karena itu seorang pengajar haruslah mengetahui prinsip pokok dalam penggunaan metode dimana semua komponen yang terlibat dalam pembelajaran harus betul-betul diperhatikan.

B.        Metode Mau’izah

       Ahmad Tafsir (2005: 145-146) menguraikan pengertian mau’izah menurut Rasyid Ridla yaitu sebagai berikut:
Pertama, berarti nasihat, yaitu sajian bahasan tentang kebenaran dengan maksud mengajak orang dinasihati untuk mengamalkanya. Nasihat yang baik tentunya harus bersumber pada yang Maha Baik yaitu Allah. Yang menasihati harus lepas dari kepentingan-kepentingan dirinya secara bendawi dan duniawi. Ia harus ikhlas karena semata menjalankan perintah Allah. “dan aku benar-benar tidak meminta upah kepada kalian atas ajakan itu upahku dari Allah Rabb semesta alam” (As-syu’ara: 109, 127, 145, 164, 180). Ayat ini diulangi lima kali hanya dalam surat ini untuk menegaskan pentingnya keikhlasan dalam memberi nasihat (mau’izah). Keikhlasan itu menyangkut persoalan pedagogis. Nasehat yang disampaikan secara ikhlas akan lebih “mujarab” dalam tanggapan pendengarnya. …..kedua, mau’izah berarti tadzkir (peringatan). Yang member nasihat hendaknya berulang kali mengingatkan agar nasihat itu meninggalkan kesan sehingga orang yang dinasihati tergerak untuk mengikuti nasihat itu. Sekarang kedua pengertian ini harus digabungkan: nasihat itu harus ikhlas dan disampaikan berulang-ulang. Bila dilakukan demikian akan timbul kesan dari pendengar bahwa orang yang menasihati itu memang mempunyai keprihatinan yang dalam terhadap nasib pendengarnya.

         Rasyid Ridla ketika menafsirkan surat al-Baqarah ayat 232 yang dikutip an-Nahlawi dalam Ahmad Tafsir (2005: 145) menyimpulkan bahwa mau’izah adalah “nasihat dengan cara menyentuh kalbu”. Jadi mau’izah hendaknya disampaikan dengan cara menyentuh kalbu dengan keikhlasan dan berulang-ulang dalam menyampaikanya. Dalam hadits dikatakan:
Rasulullah saw. Menasihati kami dengan nasihat yang menyentuh, yang membuat hati kami bergetar, dan karenaya mata kami mengeluarkan air mata. Maka kami berkata, “wahai Rasulullah, seakan-akan ia merupakan nasihat orang yang menitipkan. Maka wasiatkanlah kepada kami” (al-Nahlawi dalam Ahmad Tafsir, 2005: 146).

         Maka bertolak dari pendapat tersebut, penggunaan metode mau’izah dalam pembelajaran tentunya harus disampaikan dengan ikhlas dengan bahasa yang menyentuh kalbu dan dilakukan dengan berulang-ulang. Sebagaimana Rasulullah sebagai sosok edukator yang terkadang memberi metode pembelajaran berupa nasihat (mau’izah), dimana banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari nasihat-nasihat dan orasi-orasi ilmiah beliau. Oleh karena itu, dalam mewujudkan interaksi antara pendidik dan peserta didik, metode mau’izah (nasihat) merupakan cara mendidik yang baik yang bertumpu pada bahasa lisan maupun perbuatan. Pada dasarnya teknik mengajar dengan metode mau’izah sama halnya dengan metode ceramah, tetapi metode mau’izah lebih spesifik dan mendalam karena dalam penyampaianya, metode ini mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
         Ramayulis (2008: 198-199) mengutip dari Hadari Nawawi, mengemukakan bahwa nasihat bukan merupakan metode tetapi lebih spesifik lagi yang disebut teknik mengajar, tetapi kalau dilihat keduanya sama saja, beliau mengungkapkan lebih lanjut sebagai berikut:
Cara ini (mendidik melalui nasihat dan cerita) banyak sekali dijumpai dalam al-Qur’an,  karena nasehat dan cerita pada dasarnya bersifat penyampaian pesan (massage/informasi) dari sumbernya kepada pihak yang dipandang memerlukanya. Banyak dalam al-Qur’an berupa nasihat dan cerita mengenai para Rasul atau Nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW yang bertujuan menimbulkan kesadaran bagi yang mendengarkan atau yang membacanya agar meningkatkan iman dan berbuat amal kebaikan dalam menjalani hidup dan kehidupanya masing-masing. Demikian al-Qur’an berfungsi sebagai penerang bagi seluruh manusia, petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. (Ramayulis, 2008: 199)

        Abudin Nata (2010: 98) mengemukakan “Alquran alkarim juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya”, yang kemudian ia sebut dengan nasihat. Kemudian beliau menambahkan bahwa nasihat yang disampaiaknya ini selalu disertai dengan panutan atau teladan dari sipemberi atau penyampai nasihat itu yaitu pendidik. Menurutnya Alquran secara eksplisit menggunakan nasihat sebagai salah satu cara untuk menyampaikan suatu ajaran. Alquran berbicara tentang penasihat, yang dinasihati, objek nasihat, situasi nasihat dan latar belakang nasihat. Karenanya sebagai suatu metode pengajaran nasihat dapat diakui kebenaranya.

C.       Pengertian, Faktor-faktor, Upaya Membangkitkan Motivasi Belajar dan Indikator Motivasi Belajar

1.      Pengertian motivasi belajar

       Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu, diamana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut (Oemar Hamalik, 2007: 173). Menurut Morgan dalam Muhaimin (2008: 138) motivasi dapat diartikan sebagai “tenaga pendorong atau penarik yang meyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu”. Mc Donald dalam Oemar Hamalik (1995: 106) merumuskan bahwa, “…Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”, yang dapat diartikan motivasi adalah “suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Sedangkan Abin Syamsudin (2004: 37) berpendapat bahwa motivasi itu merupakan: (1) Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy) atau (2) Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiap sediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.
       Sementara itu Supardi dan Syaiful Anwar dalam Sobry Sutikno (2009: 34) mengartikan motivasi adalah “keadaan dalam pribadi seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu  guna mencapai suatu tujuan”.
       Dari pendapat-pendapat para ahli tesebut sebetulnya hampir sama maknanya, tidak ada pertentangan tetapi saling melengkapi satu sama lain. Apabila disimpulkan maka motivasi adalah merupakan suatu kekuatan yang timbul pada diri seseorang dan mendorong orang tersebut melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagai contoh, seorang siswa yang ingin mendapatkan peringkat pertama dikelasnya akan termotivasi untuk belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh.
       Adapun menurut Gage, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman” (Ratna Wilis Dahar, 1996: 11). Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan-tujuan tertentu.
       Selain itu Skiner seperti yang dikutip Muhibbin Syah (2008: 90) berpendapat bahwa belajar adalah “suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”. Sedangkan Hintzman dalam buku yang sama (2008: 90) mendefinisikan pengertian belajar adalah “suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme  tersebut”. Hal ini dapat berarti bahwa perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme tersebut.
       Rober membatasi belajar dengan dua definisi yaitu (Muhibbin, 2008: 91):
a.    Belajar adalah “The process of acquiring knowledge”, yaitu proses memperoleh pengetahuan.
b.    Belajar  adalah “a relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practise”, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat .
       Bertolak dari berbagai definisi tersebut, secara umum belajar dapat difahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Maka dapat difahami bahwa belajar adalah: (1) Proses perubahan tingkah laku seseorang; (2) Perubahan adalah timbal balik dari pengalaman dan pemotivasian; (3) Merupakan penyesuaian atau adaptasi; (4) Proses memperoleh pengetahuan, praktik atau latihan; (5) Perubahan kemampuan bereaksi yang secara umum menetap.
       Bila kedua konsep yaitu definisi motivasi dan definisi belajar digabungkan maka dapat di definisikan motivasi belajar yaitu suatu kekuatan yang muncul dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar secara sungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang baik dan memuaskan. Atau dengan kata lain motivasi belajar merupakan kekuatan dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan belajar. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan ekternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan prilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya prilaku yang termortivasi adalah prilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan lama (Agus Suprijono, 2009: 163).

2.        Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

       Menurut Usman Effendi dan Juhaya S. Praja (1993: 71) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalah:
a.       Kompetisi atau persaingan (Competition)
       Kompetisi ini ada dua macam. Pertama, kompetisi dengan prestasi sendiri artinya individu itu harus mengetahui prestasi yang telah dicapainya, kemudian ia berusaha untuk meningkatkan prestasi yang telah dicapainya itu. Kedua, kompetisi dengan orang lain artinya individu mempelajari dan membandingkan prestasi yang telah dicapai oleh orang lain, sehingga usaha untuk mencapai tujuan akan semakin kuat.
b.      Pendekatan tujuan (pace making)
       Tujuan dari suatu kegiatan sering kali sangat jauh, dan jika melihat tujuan yang selalu jauh itu pada umumnya individu malas untuk mencapainya. Agar tujuan itu tidak nampak jauh maka untuk membangkitkan semangat harus ada tujuan sementara yang dekat dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan tujuan sementara itu disebut pace maker.
c.       Tujuan yang jelas dan diakui
       Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Kalau tujuan itu jelas dan berarti bagi individu, ia akan berusaha mencapainya. Dengan kata lain dapat dirumuskan, semakin jelas dan berarti tujuan yang akan dicapai, semakin besar kekuatan motif untuk mencapainya.
d.      Minat
       Perlu diketahui bahwa suatu kegiatan akan aktivitas akan berjalan dengan lancar dan efektif apabila ada minat, dan motif akan tumbuh bila ada minat yang besar. Karena minat yang besar dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut:
1)      Membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan, dan sebagainya;
2)      Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau;
3)      Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang baik, karena suatu keberhasilan akan memunculkan rasa puas;
       Dengan demikian jelaslah bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa meliputi: adanya kompetisi, mendekatkan tujuan, tujuan yang jelas dan diakui serta adanya minat. Dari keempat faktor penting tersebut secara langsung dapat memberikan pengaruh terhadap motifasi belajar siswa.
Selain itu Maslow dalam Slameto (2003: 171-172) menyebutkan bahwa tingkah laku manusia itu dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu. Sehingga Maslow membagi tujuh faktor yang dapat memotivasi tingkah laku seseorang yaitu:
a.       Fisiologis yang merupakan kebutuhan manusia yang paling utama. Dalam hal belajar  siswa yang kebutuhan fisiologisnya terpenuhi akan meningkatkan motivasi belajar mereka.
b.      Rasa aman, rasa aman merupakan kebutuhan kepastian keadaan dan lingkungan yang dapat diramalkan, ketidak pastian, ketidak adilan, keterancaman akan menimbulkan kecemasan dan ketakutan akan belajar siswa.
c.       Rasa cinta yang merupakan kebutuhan afeksi dan pertalian dengan orang lain. Ketika seorang siswa menyukai seorang guru karena keteladanannya, maka ia pun akan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran yang disamapaikan oleh guru tersebut dengan baik.
d.      Penghargan yang merupakan kebutuhan rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi, dihormati oleh orang lain. Penghargaan yang diberikan oleh guru baik berupa verbal ataupun non verbal akan meningkatkan motivasi belajar mereka.
e.       Aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan manusia untuk mengembangkan diri sepenuhnya, merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini guru perlu memberikan kebebasan berapresiasi kepada semua siswa sehingga siswa tidak merasa terkekang dengan konsep yang ada.
f.       Mengetahui dan mengerti yang merupakan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya, untuk mendapatkan pengetahuan, untuk mendapatkan keterangan-keterangan, dan untuk mengerti sesuatu.
g.      Kebutuhan estetik, yaitu kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan, dan kelengkapan dari suatu tindakan. Oleh karena itu seorang pendidik haruslah memperhatikan estetika dalam berbagai hal dalam pengajaran sehingga motivasi siswa akan belajar lebih meningkat.

3.        Upaya membangkitkan motivasi belajar

       Agar pembelajaran dapat berjalan efektif dan sesuai harapan untuk mencapai tujuan, Agus Suprijono (2009: 164-171) mengungkapkan strategi memotivasi dapat dikembangkan berdasarkan model ARCS. Model ini merupakan kondisi motivasional yang terdiri dari attention (perhatian), relevance (relevansi), confidance (kepercayaan), dan satisfaction (kepuasan).
       Atensi atau perhatian ialah memfokuskan atau memusatkan sumberdaya mental. Atensi bersifat seleksi karena sumber daya otak terbatas. Atensi adalah proses penting dalam Encoding. Encoding adalah proses memasukan informasi kedalam memori atau proses penyalinan informasi.
       Membentu peserta didik memberikan atensi atau perhatian dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Ajak siswa untuk memberi perhatian dan meminimalkan gangguan; (2) Gunakan isyarat atau petunjuk bahwa ada  sesuatu hal yang penting; (3) Bantulah siswa untuk memahami konsep; (4) Beri variasi dari waktu ke waktu; (5) Gunakan komentar instruksional; (6) Buat pembelajaran menjadi menarik; (7) Gunakan media dan teknologi secara efektif; (8) Fokuskan pada pembelajaran aktif; (9) Jangan terlalu membebani siswa dengan terlalu banyak informasi dan (10) Perhatikan perbedaan individual dalam kemampuan atensi siswa.
       Relevansi, kondisi ini terkait dengan hubungan antara materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Strategi untuk menunjukan relevansi pembelajaran dan kebutuhan peserta didik dapat dilakukan dengan cara: (a) Sampaikan hal yang dapat dilakukan setelah mempelajari materi yang diajarkan dan (b) Jelaskan manfaat mempelajari materi yang akan diajarkan, berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa.
       Kepercayaan diri, kondisi ini terkait dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memilki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Cara yang dapat ditempuh adalah: (1) Tingkatkan rasa percaya diri; (2) Gunakan kesesuaian optimal; (3) Susunlah materi pembelajaran kedalam bagian-bagian yang lebih kecil; (4) Berikan umpan balik yang konstruktif.
       Kepuasan, belajar adalah proses untuk mencapai keberhasilan. Keberhasilan akan memberikan kepuasan pada diri mereka. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan belajar adalah: (1) Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif; (2) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikan pengetahuan yang baru dipelajarinya; (3) Bandingkan prestasi belajar peserta didik dengan prestasi dimasa lampau.
       Selain itu upaya-upaya lain yang dapat dilakukan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa yaitu: upaya menggerakkan motivasi, upaya pemberian harapan, upaya pemberian intensif dengan pembahasan sebagai berikut (Oemar Hamalik, 1995: 116-121):
a.       Upaya Menggerakan Motivasi 
       Upaya pergerakan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Berdasarkan hasil penelitian disarankan cara-cara sebagai berikut:
1)      Metode observasi dan prinsip kebebasan;
2)      Metode discovery, yakni siswa memberi stimulasi terhadap dirinya sendiri;
3)      Motivasi kompetensi, motivasi kompetensi menggerakkan tindakan-tindakan seperti menyelidiki memperhatikan, berbicara dan berfikir, manipulasi dan mengubah lingkunganya;
4)      Prosedur brain storming yaitu siswa mampu memproduksi sebanyak mungkin gagasan yang melalui diskusi dan kritik;
5)      Hubungan antara kecemasan personal sosial dan metode pengajaran.
b.      upaya pemberian harapan
       Guru perlu memberikan harapan tertentu untuk menggugah motivasi belajar siswa, cara-cara yang dapat ditempuh adalah:
1)      Merumuskan tujuan pembelajaran dengan sekhusus mungkin, operasional dan dapat diamati.
2)      Tujuan-tujuan pembelajaran disusun menjadi tujuan langsung, intermediate (harapan jangka sedang), dan jangka panjang.
3)      Perubahan-perubahan harapan, harapan adalah antisipasi tentang konsekuensi tingkah laku.
4)      Tingkat aspirasi, pengaruh harapan-harapan siswa terhadap tingkah lakunya dapat diamati pada berbagai tingkat aspirasi.
c.       Upaya pemberian intensif
Insentif adalah objek tujuan atau symbol-simbol yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kekuatan atau kegiatan siswa. Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah: (1) Umpan balik hasil tes; (2) Pemberian hadiah dan dorongan secara lisan atau tertulis; (3) Pemberian komentar terhadap hasil pekerjaan siswa; (4) Persaingan dan kerja sama dan (5) Upaya pengaturan tingkah laku siswa.
       Guru perlu mengatur tingkah laku siswa dengan cara restitusi dan ripple effect. Restitusi menuntut agar siswa melakukan respon yang sebenarnya sebagai pengganti tindakan yang tadinya tidak benar. The ripple effect yaitu adanya pengaruh secara bergelombang dari suasana kelas yang berdisiplin terhadap siswa lain yang sedang mendengarkan, melihat atau mengamatinya.

4.        Indikator motivasi belajar

       Sebagai mana telah diuraikan diatas, pada prinsipnya dalam proses belajar mengajar peran motivasi sangat penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar, karena motivasi dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar.
       Indikator motivasi belajar menurut Hamzah dapat di klasifikasikan menjadi lima yaitu: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya kebutuahan dan dorongan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) Adanya pengahrgaan dalam belajar; (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik (Agus Suprijono, 2009: 163).
       Sedangkan dalam penelitian ini, untuk mengetahui usaha peningkatan motivasi belajar (variabel Y), Abin Syamsudin Makmun (2004: 40) mengemukakan beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui kadar motivasi belajar siswa yaitu: durasi kegiatan, frekwensi kegiatan, presistensi pada tujuan, ketabahan, keuletan, dan kemampuanya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, devosi dan pengorbanan, tingkat aspirasi, tingkat kualifikasi prestasi, serta arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.
       Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan indikator-indikator tersebut untuk mengetahui motivasi belajar siswa, yaitu:
a.       Durasi kegiatan
       Penggunaan waktu secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dalam belajar, sehingga dapat memberikan nilai yang tinggi terhadap kreatifitas belajarnya. Kemampuan siswa dalam menggunakan waktu belajar didorong dengan adanya kebutuhan, dan pemenuhan kebutuhan akan ilmu pengetahuan ditentukan oleh tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan lebih banyak menggunakan waktunya untuk kegiatan belajar.
b.      Frekwensi kegiatan
       Yaitu seberapa sering kegiatan yang dikakukan dalam periode waktu tertentu. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa pada dasarnya dapat dilihat dari frekwensi dalam melakukan kegiatan belajarnya disekolah maupun diluar sekolah, dan dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa akan tampak apabila siswa memiliki motivasi tinggi untuk belajar, dan mempergunakan waktu yang dimilikinya untuk belajar.
c.       Presistensi pada tujuan
       Persistensi pada tujuan artinya ketetapan dan kelekatan pada tujuan, siswa yang presistensi pada tujuan maka cita-citanya tinggi pula, sehinga kegiatan belajarnya betul-betul dilakukan dengan semangat dan serius. Bagi siswa yang mengetahui dan memahami tujuan belajar serta menjadikanya sebagai motivasi untuk memperoleh atau mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, akan tampak bergairah dan semangat dalam belajar.
d.      Ketabahan, keuletan, dan kemampuanya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan
       Dengan menumbuhkan kesadaran pada diri siswa bahwa setiap usaha pencapaian prestasi dan tujuan belajar yang setinggi-tingginya, akan selalu mengahadapi masalah dan kesulitan dalam belajar merupakan tantangan yang harus dihadapi. Dalam hal ini siswa dituntut untuk bekerja keras dalam pencapaian prestasi belajar yang setinggi-tingginya.
       Bagi siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, masalah dan kesulitan belajar di jadikan sebagai tantangan, sehingga dituntut untuk bekerja keras dalam pencapaian pretasi yang optimal, sebliknya bagi siswa yang kurang motivasi masalah dan kesulitan sering mengakibatkan malas untuk belajar.
e.       Devosi dan pengorbanan
       Usaha untuk meraih prestasi belajar yang optimal, memerlukan ketekunan dan pengorbanan baik dari segi tenaga, fikiran, keuangan, waktu dan sebagainya. Motivasi belajar yang tinggi untuk mencapai prestasi yang optimal ini akan berdampak positif pada motivasi belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, akan lebih bersemangat dan bergairah dalam belajarnya, sebaliknya bagi siswa yang rendah motivasi belajarnya akan mengakibatkan pretasinya rendah.
f.       Tingkat aspirasi
       Tingkat aspirasi dalam belajar baik yang berkenaan dengan maksud, rencana, cita-cita dan sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan belajar mengajar adalah dasar bagi pencapaian belajar yang optimal. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi untuk mencapai tujuan, belajarnya akan didasarkan pada kebutuhanya. Sehingga dalam belajar akan bersungguh-sungguh dan bertumpu pada tujuan yang hendak dicapai.
g.      Tingkat kualifikasi prestasi
       Tingkat kualifikasi dan prestasi siswa akan diperoleh siswa ketika memasuki lembaga pendidikan formal yaitu sekolah, ketika mengikuti proses belajar mengajar dan ketika siswa menyelesaikan belajarnya pada lembaga sekolah tersebut. Tingkat kualifikasi belajar siswa berkaitan dengan hasil dalam proses belajar mengajar, yang memiliki kualitas dan kuantitas hasil belajarnya, memberi kepuasan atau tidak serta memadai atau tidaknya fasilitas belajar yang disediakan.
h.      Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan
       Arah sikap siswa terhadap kegiatan belajar ditentukan oleh kevalidan sasaran yang hendak dicapai sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan yang diharapkan siswa. Sikap siswa terhadap kegiatan belajar merupakan reaksi terhadap sasaran atau tujuan kegiatan belajar yang hendak dicapai siswa secara sadar akan tergantung kepada rangsangan yang di hadapinya dalam situasi belajar, sikap siswa tersebut dapat bersifat positif terhadap sasaran kegiatan belajar apabila memenuhi kebutuhan akan belajar dan arah sikap akan negatif terhadap sasaran kegiatan belajar mengajar manakala tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam proses belajar yang dikehendaki.

D.       Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

1.        Pengertian Pendidikan Agama Islam

       Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan niai-nilai Islam.
       Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang harus ditempuh siswa, karena mata pelajaran PAI  memberikan kontribusi positif kepada peserta didik dalam menjalankan agama Islam yang akan memberikan arahan sekaligus pedoman hidup. Berikut ini akan dikutip pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai mata pelajaran menurut para ahli:
a.       Menurut Zakiyah Darajat (1987: 87) Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah “satu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh”.
b.      Menurut Ahmad Tafsir (2002: 10) Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah “bimbingan yang diberikan seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam”.
c.       Muhibbin Syah (2009: 75) mengemukakan dalam GBPP PAI dijelaskan bahwa pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan pesatuan nasional.
       Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, pada esensinya Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah proses transfer nilai dengan berbagai bimbingan dan pengajaran tentang agama Islam dari pendidik kepada peserta didik agar peserta didik dapat berkembang sesuai dengan ajaran agama Islam.

2.      Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dalam GBPP PAI (Muhibbin Syah, 2009: 78) secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk: “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. Menurut beliau dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak dicapai dalam pembelajaran Pendidikan agama Islam, yaitu:
a.       Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam;
b.      Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam;
c.       Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam;
d.      Dimensi pengalamanya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan mentaati ajaran agama dan lain-lainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3.        Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam

       Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup materi PAI pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu Al-Qur’an hadits, keimanan, syariah, ibadah, muamalah, akhlak dan tarikh (sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP meliputi  keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:
a.       Hubungan manusia dengan Allah, mencakup segi akidah meliputi: iman kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, hari kiamat dan qada qadarnnya.
b.      Hubungan manusia dengan sesama manusia, mencakup segi akhlak meliputi kewajiban membiasakan akhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.
c.       Hubungan manusia dengan alam lingkungan yang bersifat pelestarian alam, hewan dan tumbuh-tumbuhan sebagai kebutuhan manusia.

E.        Pengaruh Penggunaan Metode Mau’izah terhadap Motivasi Balajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Penggunaan metode mau’izah dalam pembelajaran diharapkan dapat mengantarkan siswa pada tujuan yang diharapkan. Penggunaan metode mau’izah terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan digunakanya metode mau’izah adalah:
1.      Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar
       Dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut untuk memperhatikanya. Sedikitpun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
       Faktor permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar, karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi yang diberikan akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika setiap siswa menguasai terhadap materi yang diberikan dalam pertemuan tersebut. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan dalam diri siswa. Oleh karena itu, perhatian  adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
2.      Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
       Motivasi memegang peran penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar.  Oleh karena itu seorang pendidik harus selalu memperhatikan masalah motivasi dan berusaha agar motivasi tetap bergejolak dalam diri setiap siswa selama pengajaran berlangsung (Muhibbin Syah, 2008: 47)
3.      Membentuk sikap positif terhadap Guru dan sekolah
       Guru harus dapat menyesuaikan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa ingin selalu dekat dengan guru. Oleh karena itu seorang yang pandai memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa akan selalu dirindukan oleh murid-muridnya. Ketiadaan guru di sekolah tidak jarang dipertanyakan. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajar dan pendekatannya yang tidak sesuai dengan psikologi siswa. Metode mau’izah mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa.
4.      Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual
       Penguasaan metode mengajar sangatlah diharuskan bagi seorang pendidik. Ketepatan memilih metode dalam pembelajaran akan memudahkan mencapai tujuan pembelajaran, selain itu penggunaan metode yang tepat akan memberikan suasana yang baik dalam proses belajar mengajar tersebut. Sedangkan fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan metode yang akan guru pakai.
5.      Mendorong siswa untuk belajar
       Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik. Motivasi intrinsik yang lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan. Namun sayang  jarang ditemukan bahwa semua siswa mempunyai motivasi intrinsik yang sama. Disinilah diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong siswa untuk senang dan bergairah dalam belajar.
       Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam secara teori dapat dipengaruhi oleh metode pengajaran mau’izah yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Tujuan daiadakanya metode mau’izah adalah  menjadikan proses dan hasil belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam lebih berdayaguna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Hal itu menunjukkan bahwa fungsi metode mau’izah dalam pembelajaran Pendidikna Agama Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik.






BAB III
KAJIAN EMPIRIK TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN METODE MAU’IZAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A.    Kondisi Objektif SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung
1.      Sejarah singkat SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung
SMP Plus Robithoh adalah sebuah  lembaga pendidikan dan pengajaran swasta yang berdiri pada tahun 2005 di bawah naungan Yayasan  Robithoh Sekesalam, SMP Plus Robithoh berupaya konsisten mengajar serta mendidik siswa siswinya menjadi manusia unggul dalam ilmu pengetahuan agama dan umum dengan memadukan sistem pendidikan diknas dan pondok pesantren dengan sistem belajar mengajar full day 24 jam berasrama di sekolah di dukung dengan ekstra kulikuler seperti tahfidz Alquran, terjemah Alquran bahasa sunda dan pidato empat bahasa yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan lingkungan. Bahasa pengantar sehari-hari memakai bahasa Arab dan bahasa Inggris, dengan sistem demikian di harapkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik anak teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka dan supaya  IQ, EQ SQ dan Social Question anak menjadi berkembang dan seimbang, sehingga parasiswanya dapat belajar ilmu umum 100% dan agama 100%, dengan harapan siswa dan siswinya nanti sesuai degan tujuan pendidikan pemerintah.
2.      Letak Geografis
SMP Plus Robithoh yang beralamatkan di Pondok Pesantren Modern Robithoh Sekesalam Jl.Raya Pacet No 128 Kp.Sekesalam Dusun Cipaku Desa Pakutandang Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung Indonesia. Lokasi strategis karena terjangkau oleh kendaraan roda empat maupun roda dua karena letaknya di pinggir jalan.
3.      Keadaan guru dan staf adminstrasi
Pada tahun ajaran 2010/2011 SMP Plus Robithoh mempunyai tenaga pengajar sebanyak 9 orang dengan 2 staf tata usaha dan satu kepala sekolah. Terdiri dari 6 orang guru tetap dan 5 orang guru tidak tetap.
4.      Keadaan siswa SMP Plus Robithoh
Berdasarkan data terbaru tahun ajaran 2010/2011, jumlah keseluruhan siswa SMP Plus Robithoh sebanyak 45 siswa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2
KELAS
L
P
JUMLAH
VII
10
7
17
VIII
12
2
14
IX
8
6
14
JUMLAH
30
15
45



5.      Sarana Pendidikan
Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan staf pengajar di SMP Plus Robithoh diperoleh keterangan mengenai data sarana dan prasarana sebagai berikut:
Tabel 3
Sarana Pendidikan di SMP Plus Robithoh

No
Sarana
Jumlah
1
Masjid
Ukuran 6x9 m
2
MCK
4 Buah
3
Tempat wudu
8 Kran
4
Ruang belajar
5 Ruangan
5
Ruang perpustakaan
1 Ruangan
6
Ruang kepala sekolah,Ruang guru danTU
1 Ruangan
7
Asrama Putra
2 Ruangan
8
Asrama Putri
2 Ruang
9
Islamic center
1 Ruang
10
Lapangan upacara
1 Lapangan

Tabel 4
Prasarana Pendidikan di SMP Plus Robithoh

No
Prasarana
Jumlah
1
Meja siswa
100 Buah
2
Kursi siswa
200 Buah
3
Kursi guru
25 Buah
4
Meja guru
25 Buah
5
Lemari
4 Buah
6
Meja kepala sekolah
1 Set
7
Komputer
5Set
8
Meja tata usaha
1 Set
9
Papan tulis
7 Buah


B.     Realitas Penggunaan Metode Mau’izah Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung
1.      Analisis Parsial
Untuk mengetahui relitas penggunaan metode mau’izah pada mata pelajaran PAI, penulis mengajukan angket terstruktur kepada 40 siswa SMP Plus robithoh Sekesalam Ciparay Bandung sebagai responden tahun ajaran 2010/2011. Item soal yang diajukan terdiri dari 6 indikator meliputi: (1) Nasihat, (2) Tadzkir, (3) teladan, (4) Motivasi dalam melakukan kebaikan, (5) Disampaikan dengan berulang-ulang, dan (6) Menyentuh kalbu. Dari keenam indikator tersebut dibuat 15 item pertanyaan. Untuk menentukan angka rata-rata, dalam variabel ini ditentukan dengan menggunakan rumus M = ( F x : N ) kemudian hasil dari penghitungan tersebut diinterpretasikan dengan melihat kriteria sebagai berikut:
1,00 – 1,79 = Sangat rendah
1,80 – 2,59 = Rendah
2,60 – 3,39 = Cukup / sedang
3,40 – 4,19 = Tinggi
4,20 – 5,00 = Sangat tinggi
                                                            (Sambas Ali muhidin, dkk 2009: 146)

Selanjutnya angket yang disebarkan kepada responden sebanyak 15 item tersebut berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban terstruktur, yaitu a,b,c,d dan e. Untuk keperluan analisisnya, maka setiap jawaban diekuivalensikan dengan skor tertentu. Untuk item positif yang memilih jawaban a = 5, b = 4, c = 3, d = 2, dan e = 1. Untuk item negatif sebaliknya yang menjawab a = 1, b = 2, c = 3, d = 4, e = 5. Data berupa skor tiap item pertanyaan dapat dijadikan tabel yang dapat dilihat pada lampiran. Untuk mengetahui hasil penyebaran angket tersebut, maka akan dijelaskan secara rinci tiap indikator di bawah ini:
a.       Nasihat
Pada indikator ini digunakan 3 item pertanyaan, yaitu nomor 1, 2 dan 3. Untuk item nomor 1 mempermasalahkan tentang “Apakah guru PAI anda memberikan nasihat-nasihat yang baik berkaitan dengan materi pelajaran”.  Dari item ini diperoleh data 26 siswa menjawab a, 7 siswa menjawab b, 5 siswa menjawab c, 2 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (26x5 = 130) + (7 x 4 = 28) + (5 x 3 = 15) + (2x 2=4) + (0 x 1) = 177: 40 = 4,42. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi sangat tinggi karena berada pada interval 4,2 – 5,0. 
Selanjutnya item nomor 2 mempermasalahkan tentang “Guru anda memberikan pencerahan berkaitan dengan materi pelajaran. Apakah anda berusaha melaksanakanya”. Dari item ini diperoleh data 4 siswa menjawab a, 19 siswa menjawab b, 15 siswa menjawab c, 1 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (4x5=20)+(19x4=76)+(15x3= 45)+(1x2= 2)+(0 x 1) = 143 : 40 = 3,57. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3,4 – 4,2. 
Item nomor 3 mempermasalahkan tentang “Apakah guru PAI anda meberikan materi pelajaran berupa pesan-pesan kebaikan dalam al-Qu’an dan Hadits”. Dari item ini diperoleh data 21 siswa menjawab a, 9 siswa menjawab b, 7 siswa menjawab c, 3 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (21x5 = 105) + (9x 4 = 36) + (7 x 3 = 21) + (3x 2= 6) + (0 x 1) = 168: 40 = 4,2. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi sangat tinggi karena berada pada interval 4,2 – 5,0.  
Berdasarkan rincian item nomor 1,2 dan 3 tersebut, nilai  rata-rata indikator nasihat adalah (4,42+3,57+4,2 = 12,19 : 3 = 4,06). Dengan demikian, indikator ini tergolong kategori tinggi karena berada pada interval 3,44,2.
b.      Tadzkir
Pada indikator ini digunakan 3 item pertanyaan, yaitu nomor 4, 5 dan 6. Untuk item nomor 4 mempermasalahkan tentang “Guru PAI anda menyampaikan materi pembelajaran berupa peringatan atas kebaikan. Apakah anda tertarik untuk mengikutinya”. Dari item ini diperoleh data 24 siswa menjawab a, 10 siswa menjawab b, 6 siswa menjawab c, 0 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (24x5 = 120) + (10 x 4 = 40) + (6 x 3 = 18) + (0x 2) + (0 x 1) = 178 : 40 = 4,45. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi sangat tinggi karena berada pada interval 4,2 – 5,0.
Selanjutnya item nomor 5 mempermasalahkan tentang “Apakah guru PAI anda memberikan materi pelajaran berupa larangan-larangan agama yang berkaitan dengan materi pelajaran”. Dari item ini diperoleh data 15 siswa menjawab a, 14 siswa menjawab b, 7 siswa menjawab c, 4 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (15x5 = 75) + (14x 4 = 56) + (7 x 3 = 21) + (4x 2= 8) + (0 x 1) = 160: 40 = 4,00. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3,4 – 4,2.  
Item nomor 6 mempermasalahkan tentang “Setelah mendengarkan penjelasan guru PAI, apakah anda tergerak untuk menghindari larangan-larangan tersebut”. Dari item ini diperoleh data 12 siswa menjawab a, 10 siswa menjawab b, 18 siswa menjawab c, 0 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (12x5 = 60) + (10x 4 = 40) + (18 x 3 = 54) + (0x 2) + (0 x 1) = 154: 40 = 3,85. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3,4 – 4,2.
Berdasarkan rincian item nomor 4,5 dan 6 tersebut, angka rata-rata indikator teladan adalah (4,45 + 4,00 + 3,85= 12.3 : 3 = 4,1). Dengan demikian, indikator ini tergolong kategori tinggi karena berada pada interval 3,44,2.
c.       Teladan
Pada indikator ini digunakan 1 item pertanyaan, yaitu nomor 7. Untuk item nomor 7 mempermasalahkan tentang “Apakah guru PAI anda memberikan contoh yang baik dalam dalam kehidupan sehari-hari”. Dari item ini diperoleh data 19 siswa menjawab a, 13 siswa menjawab b, 8 siswa menjawab c, 0 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (19x5 = 95) + (13 x 4 = 52) + (8 x 3 = 24) + (0x 2) + (0 x 1) = 171 : 40 = 4,27. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi sangat tinggi karena berada pada interval 4,2 – 5,0.  Dengan demikian indikator teladan tergolong kedalam kategori sangat tinggi.


d.      Motivasi dalam melakukan kebaikan
Pada indikator ini digunakan 3 item pertanyaan, yaitu nomor 8, 9 dan 10. Untuk item nomor 8 mempermasalahkan tentang “Setelah belajar PAI, apakah dalam diri anda tertanam niat untuk melakukan kebaikan”. Dari item ini diperoleh data 16 siswa menjawab a, 11 siswa menjawab b, 11 siswa menjawab c, 2 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (16x5 = 80) + (11 x 4 = 44) + (11 x 3 = 33) + (2x 2 = 4) + (0 x 1) = 161 : 40 = 4,02. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3,4 – 4,2.
Selanjutnya item nomor 9 mempermasalahkan tentang “Guru PAI menerangkan materi pelajaran, apakah anda mendengarkan dengan baik”. Dari item ini diperoleh data 9 siswa menjawab a, 7 siswa menjawab b, 20 siswa menjawab c, 4 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (9x5 = 45) + (7x 4 = 28) + (20 x 3 = 60) + (4x 2= 8) + (0 x 1) = 141: 40 = 3,52. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3,4 – 4,2.  
Item nomor 10 mempermasalahkan tentang “Setelah mengikuti pelajaran PAI, apakah anda merasa tertarik untuk lebih memperdalam materi pelajaran dengan membaca buku-buku yang sesuai”. Dari item ini diperoleh data 4 siswa menjawab a, 5 siswa menjawab b, 20 siswa menjawab c, 5 siswa menjawab d, dan 6 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (4x5 = 20) + (5x 4 = 20) + (20 x 3 = 60) + (5x 2 = 10) + (6 x 1 = 6) = 116: 40 = 2,9. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi cukup karena berada pada interval 2,6 – 3,4.
Berdasarkan rincian item nomor 8,9 dan 10 tersebut, angka rata-rata indikator motivasi dalam melakukan kebaikan adalah (4,02+3,52+2,9=  10.44: 3 = 3,48). Dengan demikian, indikator ini tergolong kedalam kategori tinggi karena berada pada interval 3,44,2.
e.       Disampaikan dengan berulang-ulang
Pada indikator ini digunakan 3 item pertanyaan, yaitu nomor 11, 12 dan 13. Untuk item nomor 11 mempermasalahkan tentang “Apakah guru PAI mengulas pelajaran yang lalu sebelum menyampaikan materi yang baru”. Dari item ini diperoleh data 13 siswa menjawab a, 9 siswa menjawab b, 13 siswa menjawab c, 5 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (13x5 = 65) + (9 x 4 = 36) + (13 x 3 = 39) + (5x 2 = 10) + (0 x 1) = 150 : 40 = 3,75. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3,4 – 4,2.  
Selanjutnya item nomor 12 mempermasalahkan tentang “Dalam menyampaikan materi pelajaran, apakah guru PAI anda mengulang menjelaskan materi sehingga anda hafal dan faham”. Dari item ini diperoleh data 12 siswa menjawab a, 10 siswa menjawab b, 14 siswa menjawab c, 4 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (12x5 = 60) + (10x 4 = 40) + (14 x 3 = 42) + (4x 2= 8) + (0 x 1) = 150: 40 = 3,75. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3,4 – 4,2.
Item nomor 13 mempermasalahkan tentang “Sesetiap akhir pembelajaran, apakah guru PAI anda memberikan evaluasi”. Dari item ini diperoleh data 11 siswa menjawab a, 11 siswa menjawab b, 16 siswa menjawab c, 2 siswa menjawab d, dan  siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (11x5 = 55) + (11x 4 = 44) + (16 x 3 = 48) + (2x 2 = 4) + (0x 1) = 151: 40 = 3,77. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3,4 – 4,2.
Berdasarkan rincian item nomor 11,12 dan 13 tersebut, angka rata-rata indikator disampaikan dengan berulang-ulang adalah (3,75+3,75+3,77=  11.27: 3 = 3,75). Dengan demikian, indikator ini tergolong kedalam kategori tinggi karena berada pada interval 3,44,2.
f.       Menyentuh Kalbu
Pada indikator ini digunakan 2 item pertanyaan, yaitu nomor 14 dan 15. Untuk item nomor 14 mempermasalahkan tentang “Apakah penyampaian materi yang disampaikan guru anda membuat hati anda tenang dan nyaman”. Dari item ini diperoleh data 7 siswa menjawab a, 8 siswa menjawab b, 18 siswa menjawab c, 6 siswa menjawab d, dan 1 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (7x5 = 35) + (8 x 4 = 32) + (18 x 3 = 54) + (6x 2 = 12) + (1 x 1 = 1) = 134 : 40 = 3,35. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi cukup karena berada pada interval 2,6– 3,4.  
Selanjutnya item nomor 15 mempermasalahkan tentang “Apakah setiap materi yang disampaikan guru PAI anda selalu anda ingat”. Dari item ini diperoleh data 11 siswa menjawab a, 3 siswa menjawab b, 24 siswa menjawab c, 2 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (11x5 = 55) + (3x 4 = 12) + (24 x 3 = 72) + (2x 2= 4) + (0 x 1) = 143: 40 = 3,57. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3,4 – 4,2.
Berdasarkan rincian item nomor 14 dan 15 tersebut, angka rata-rata indikator motivasi menyentuh kalbu  adalah (3,35+3,57= 6,92: 2 = 3,46). Dengan demikian, indikator ini tergolong kedalam kategori tinggi karena berada pada interval 3,44,2.
2.      Uji Normalitas Variabel X
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi frekuensi (variabel X) analisis yang digunakan untuk uji normalitas ini yaitu dengan perhitungan Chi Kuadrat. Berdasarkan perhitungan sebagaimana terlampir, maka dapat disimpulkan bahwa data kuantitatif variabel X berdistribusi normal karena Chi kuadrat hitung lebih kecil  8,50 dari chi kuadrat tabel sebesar 9,49.
3.      Tendensi Sentral
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui skor rata-rata jawaban siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Plus Robithoh terhadap 15 item pertanyaan angket mengenai penggunaan metode mau’izah di SMP tersebut. Dari perhitungan tendensi sentral sebagaimana uraian terlampir, Berdasarkan perhitungan diperoleh harga mean = 56.65, median =57,06 dan modus = 60,5. Dapat disimpulkan bahwa Me<Md<Mo yang artinya kurva variabel X memiliki kemiringan kearah negatif.
4.      Interpretasi variabel X
Untuk data yang berdistribusi normal, interpretasi dilakukan dengan menggunakan rumus mean/n dengan n adalah banyaknya item. karena harga mean = 56.65: 15 = 3,77 nilai ini termasuk pada interval 3,4 – 4,2 sehingga data variabel X termasuk pada kategori tinggi. Hal ini menunjukan pengaruh penggunaan metode mau’izah terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI cukup/sedang.

C.    Realitas Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
1.      Analisis parsial
Data mengenai motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diperoleh melalui angket yang disebarkan kepada 40 siswa sebagai responden. Item soal yang diajukan terdiri dari 8 indikator meliputi: (1) Durasi Kegiatan, (2) Frekuensi kegiatan, (3) Presistensi pada tujuan, (4) Ketabahan dan keuletan, (5) Devosi untuk mencapai tujuan, (6) Tingkatan aspirasi, (7) Tingkatan kualifikasi dari prestasi, (8) Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Angket tersebut berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban terstrukur, yaitu a, b, c, d dan e. Untuk keperluan analisisnya, setiap alternatif jawaban  diekuivalensikan dengan skor tertentu. Alternatif  jawaban  untuk item positif yang memilih jawaban a = 5, b = 4, c = 3, d = 2, dan e = 1. Untuk item negatif sebaliknya yang menjawab a = 1, b = 2, c = 3, d = 4, e = 5. Dengan mengacu kepada teknik pensekoran tersebut  akan diperoleh skor tertinggi yaitu 15x5 = 75 dan skor terendah 15x1 = 15. Hasil perhitungan akan dikategorikan berdasarkan limit interval jenjang dengan kualifikasi dalam rentang nilai yang terendah 0,5 dan tertinggi 5,0. Skala nilai dengan kategori sebagai berikut:
Interpretasi data variable Y dengan melihat kriteria sebagai berikut:
1,00 – 1,79 = Sangat rendah
1,80 – 2,59 = Rendah
2,60 – 3,39 = Cukup / sedang
3,40 – 4,19 = Tinggi
4,20 – 5,00 = Sangat tinggi
                                                            (Sambas Ali muhidin, dkk 2009: 146)
Setelah angket disebarkan, penulis memperoleh data realitas kondisi tiap indikator variable Y sebagai berikut:
a.       Durasi Kegiatan
Pada indikator ini digunakan 2 item pertanyaan, yaitu nomor 1 dan 2. Untuk item nomor 1 diperoleh data 29 siswa menjawab a, 8 siswa menjawab b, 3 siswa menjawab c, 0 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (29x5 = 145) + (8 x 4 = 32) + (3 x 3 = 9) + (0x 2) + (0 x 1) = 186: 40 = 4,65. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi sangat tinggi karena berada pada interval 4,20 – 5,00. Kemudian pada item nomor 2 diperoleh data 10 siswa menjawab a, 7 siswa menjawab b, 19 siswa menjawab c, 4 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (10x5 = 50) + (7 x 4 = 28) + (19x 3 = 57) + (4x 2 = 8) + (0 x 1) = 143: 40 = 3,57. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3,40 – 4,19.
Berdasarkan data dari kedua item pertanyaan diatas, dapat diketahui angka rata-rata akhirnya adalah (4,65+3,57= 8,4: 2 = 4,2). Dengan demikian, indikator ini tergolong kedalam kategori tinggi karena berada pada interval 3,44,2.
b.      Frekuensi kegiatan
Pada indikator ini digunakan 2 item pertanyaan, yaitu nomor 3 dan 4. Untuk item nomor 3 diperoleh data 9 siswa menjawab a, 6 siswa menjawab b, 7 siswa menjawab c, 4 siswa menjawab d, dan 14 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (9x5 = 45) + (6 x 4 = 24) + (7 x 3 = 21) + (4x 2 = 8) + (14 x 1 = 14) = 112: 40 = 2,8. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi cukup / sedang karena berada pada interval 2,60 – 3,39. Pada item nomor 4 diperoleh data 25 siswa menjawab a, 8 siswa menjawab b, 6 siswa menjawab c, 1 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (25x5 = 125) + (8 x 4 = 32) + (6x 3 = 18) + (1x 2 = 2) + (0 x 1) = 177: 40 = 4,42. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi sangat tinggi karena berada pada interval 4,20 – 5,00.
Berdasarkan data dari kedua item pertanyaan diatas, dapat diketahui angka rata-rata akhirnya adalah (2,8+4,42= 7,22: 2 = 3,61). Dengan demikian, indikator ini tergolong kedalam kategori tinggi karena berada pada interval 3,44,2.
c.       Presistensi pada tujuan
Pada indikator ini digunakan 2 item pertanyaan, yaitu nomor 5 dan 6. Untuk item nomor 5 diperoleh data 8 siswa menjawab a, 7 siswa menjawab b, 11 siswa menjawab c, 12 siswa menjawab d, dan 2 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (8x5 = 40) + (7 x 4 = 28) + (11 x 3 = 33) + (12x 2 = 24) + (2 x 1 = 2) = 127: 40 = 3.17. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi cukup / sedang karena berada pada interval 2,60 – 3,39. Pada item nomor 6 diperoleh data 13 siswa menjawab a, 12 siswa menjawab b, 11 siswa menjawab c, 4 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (13x5 = 65) + (12 x 4 = 48) + (11x 3 = 33) + (4x 2 = 8) + (0 x 1) = 154: 40 = 3,85. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3.40– 4,19.
Berdasarkan data dari kedua item pertanyaan diatas, dapat diketahui angka rata-rata akhirnya adalah (3,17+3,85= 7,02: 2 = 3,51). Dengan demikian, indikator ini tergolong kedalam kategori tinggi karena berada pada interval 3,44,2.
d.      Ketabahan dan keuletan
Pada indikator ini digunakan 2 item pertanyaan, yaitu nomor 7 dan 8. Untuk item nomor 7 diperoleh data 17 siswa menjawab a, 8 siswa menjawab b, 12 siswa menjawab c, 2 siswa menjawab d, dan 1 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (17x5 = 85) + (8 x 4 = 32) + (12 x 3 = 36) + (2x 2 = 4) + (1 x 1 = 1) = 158: 40 = 3.95.  Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi cukup / sedang karena berada pada interval 2,60 – 3,39. Pada item nomor 8 diperoleh data 12 siswa menjawab a, 11 siswa menjawab b, 14 siswa menjawab c, 3 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (12x5 = 60) + (11 x 4 = 44) + (14x 3 = 42) + (3x 2 = 6) + (0 x 1) = 152: 40 = 3,8. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3.40– 4,19.
Berdasarkan data dari kedua item pertanyaan diatas, dapat diketahui angka rata-rata akhirnya adalah (3,95+3,8= 7,75: 2 = 3,87). Dengan demikian, indikator ini tergolong kedalam kategori tinggi karena berada pada interval 3,44,2.
e.       Devosi untuk mencapai tujuan
         Pada indikator ini digunakan 2 item pertanyaan, yaitu nomor 9 dan 10. Untuk item nomor 9 diperoleh data 13 siswa menjawab a,4  siswa menjawab b21 siswa menjawab c, 1 siswa menjawab d, dan 1 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (13x5 = 65) + (4 x 4 = 16) + (21 x 3 = 63) + (1x 2 = 2) + (1 x 1 = 1) = 147: 40 = 3.67.  Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3.40– 4,19.. Pada item nomor 10 diperoleh data 7 siswa menjawab a, 3 siswa menjawab b, 14 siswa menjawab c, 5 siswa menjawab d, dan 11 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (7x5 = 35) + (3 x 4 = 12) + (14x 3 = 42) + (5x 2 = 10) + (11 x 1 = 11) = 110: 40 = 2,75. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi cukup / sedang karena berada pada interval 2,60 – 3,39.
            Berdasarkan data dari kedua item pertanyaan diatas, dapat diketahui angka rata-rata akhirnya adalah (3,67+2,75 = 6,42: 2 = 3,21). Dengan demikian, indikator ini tergolong kedalam kategori cukup / sedang karena berada pada interval 2,60 – 3,39.
f.       Tingkatan aspirasi
Pada indikator ini digunakan 1 item pertanyaan, yaitu nomor 11. Untuk item nomor 11 ini  diperoleh data 13 siswa menjawab a, 9  siswa menjawab b13 siswa menjawab c, 5 siswa menjawab d, dan  siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (13x5 = 65) + (9x 4 = 36) + (13 x 3 = 39) + (5x 2 = 10) + (0x 1) = 150: 40 = 3.75.  Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3.40– 4,19.
g.      Tingkatan kualifikasi dari prestasi
Pada indikator ini digunakan 2 item pertanyaan, yaitu nomor 12 dan 13. Untuk item nomor 12 diperoleh data 26 siswa menjawab a, 7 siswa menjawab b7 siswa menjawab c, 0 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (26x5 = 130) + (7x 4 = 28) + (7 x 3 = 21) + (0x2) + (1 x 1) = 179: 40 = 4,25.  Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi sangat tinggi karena berada pada interval 4,20 – 5,00.  Pada item nomor 13 diperoleh data 23 siswa menjawab a, 6 siswa menjawab b, 8 siswa menjawab c, 3 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (23x5 = 115) + (6 x 4 = 24) + (8x 3 = 24) + (3x 2 = 6) + (0 x 1) = 169: 40 = 4,22. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3.40– 4,19.
Berdasarkan data dari kedua item pertanyaan diatas, dapat diketahui angka rata-rata akhirnya adalah (4,25+4,22 = 8,47: 2 = 4,23). Dengan demikian, indikator ini tergolong kedalam kategori sangat tinggi karena berada pada interval 4,20 – 5,00.
h.      Arah sikap terhadap sasaran kegiatan
Pada indikator ini digunakan 2 item pertanyaan, yaitu nomor 14 dan 15. Untuk item nomor 14 diperoleh data 6 siswa menjawab a, 6 siswa menjawab b, 15 siswa menjawab c, 9 siswa menjawab d, dan 4 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (6x5 = 30) + (6x 4 = 24) + (15x 3 = 45) + (9x2 = 18) + (4 x 1 = 4) = 121: 40 = 3,02.  Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi cukup / sedang karena berada pada interval 2,60 – 3,39. Pada item nomor 15 diperoleh data 19 siswa menjawab a, 4 siswa menjawab b, 16 siswa menjawab c, 1 siswa menjawab d, dan 0 siswa menjawab e, sehingga rata-rata jawabannya adalah (19x5 = 95) + (4 x 4 = 16) + (16x 3 = 48) + (1x 2 = 2) + (0 x 1) = 161: 40 = 4,02. Nilai rata-rata tersebut termasuk kualifikasi tinggi karena berada pada interval 3.40– 4,19.
Berdasarkan data dari kedua item pertanyaan diatas, dapat diketahui angka rata-rata akhirnya adalah (3,02+4,02 = 7,04: 2 = 3,52). Dengan demikian, indikator ini tergolong kedalam kategori tinggi karena berada pada interval 3,44,2.
2.      Uji Normalitas Variabel Y
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi frekuensi (variabel Y) analisis yang digunakan untuk uji normalitas ini yaitu dengan perhitungan Chi Kuadrat. Berdasarkan perhitungan sebagaimana terlampir, maka dapat disimpulkan bahwa data kuantitatif variabel Y berdistribusi normal karena Chi kuadrat hitung lebih kecil 7,35  dari chi kuadrat tabel sebesar 9,49.
3.      Tendensi Sentral
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui skor rata-rata jawaban siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Plus Robithoh Sekesalam Bandung. Dari perhitungan tendensi sentral sebagaimana uraian terlampir, Berdasarkan perhitungan diperoleh harga mean = 56,75 median = 56,12 dan modus = 45,5 . Dapat disimpulkan bahwa Me>Md>Mo yang artinya kurva variabel Y memiliki kemiringan kearah positif..
4.      Interfretasi Variabel Y
Berdasatkan hasil perhitungan analisis perindikator diatas, dapat diinterpretasikan katergorivariabel Y dengan rumus  fx: (n x jumlah item soal) = 2270 : (40 x 15) = 3,78. Nilai ini termasuk kedalam kategori cukup / sedang karena berada pada nilai rentang antara 2,60 – 3,39. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI termasuk pada kualifikasi cukup / sedang.

D.          Realitas Pengaruh Penggunaan Metode Mau’izah terhadap Motivasi Belajar PAI di SMP Plus Robithoh Sekesalam Ciparay Bandung
Proses selanjutnya adalah cara untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan metode mau’izah terhadap motivasi belajar PAI di sekolah. Dari hasil uji normalitas kedua variabel ternyata keduanya berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya dilakukan analisis korelasi dengan urayan sebagai berikut:
1.      Persamaan linieritas regresi
            Berdasarkan penghitungan teerlampir, diperoleh hasil bahwa persamaan linieritas regresi antara variabel X (penggunaan metode mau’izah) terhadap variabel Y (motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI) adalah
2.      Uji linieritas regresi
Berdasarkan hasil penghitungan terlampir, diperoleh hasil bahwa Fhitung adalah 0,078 dan Ftabel adalah  0,95, maka Fhitung < Ftabel, dengan demikian regresi linier. Hal ini menunjukan bahwa antara variebel X yaitu  penggunaan metode mau’izah terhadap variabel Y yaitu motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI  adalah beregresi linier.

3.      Koefesien korelasi
Dari hasil uji normalitas dan uji linieritas regresi, diketahui bahwa variabel berdistribusi normal dan beregresi linier, untuk koefesien korelasi digunakan rumus Product MomentBerdasarkan hasil perhitungan korelasi Product Moment, harga koefisien korelasi yang tercantum dalam lampiran diperoleh angka sebesar 0,44 dengan kualifikasi ” sedang / cukup ” karena berada pada interval 0,40 s/d 0,70.
4.      Uji Hipotesis ( t )
Diperoleh t hitung sebesar 3,04 dan t tabel 2,03. Hal ini berarti hipotesis yang diajukan (Ha) diterima artinya terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan metode mau’izah terhadap motivasi belajar PAI.
5.      Besar Pengaruhnya
            Besar harga koefisien determinasi adalah sebesar 19,36 %. Hal ini menggambarkan bahwa pengaruh penggunaan metode mau’izah mempengaruhi motivasi belajar PAI di sekolah. Adapun besarnya pengaruh variable X terhadap variable Y adalah sebesar 19,36% artinya masih terdapat 80,64%  faktor lain yang mempengaruhi motivasi siswa belajar PAI.  


No comments:

Post a Comment

Skincare Reglow

https://fenia.sahabatreglow.net/reglow/ Konsultasi/tanya