A.
Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar
Tahun 2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menghimbau kelas 1 sampai 3 SD untuk
menerapkan pembelajaran tematik. Pada tahun 2013 kurikulum kembali berubah
menjadi Kurikulum 2013 (Kurtilas) yang menghimbau kelas 1 sampai 6 SD
menerapkan pembelajaran tematik. Kurikulum ini telah mengalami beberapa kali
revisi, namun pola pembelajaran tetap pada pembelajaran tematik.
Alasan pemerintah
untuk menerapkan pembelajaran tematik antara lain:1. Pola pikiran anak yang
masih holistik artinya usia siswa sekitar 4 – 10 tahun pola pemikirannya masih
satu kesatuan, umumnya mereka menjadi berpikir fragmented karena pola
asuh orang dewasa yang memisah-misahkannya; 2. Usia siswa SD masih bersifat
operasional kongkrit menurut Jean Piaget bahwa pada usia tersebut masih butuh
alat peraga (media) yang kongkrit (nyata) untuk menjelaskan suatu konsep; 3.
saat proses belajar untuk mengenal suatu konsep tentu tidak lepas dari
kehidupan yang paling dekat dengan lingkungan siswa oleh karena melalui payung
tema yang menarik perhatian siswa ,sang guru dapat membelajarkan beberapa mata
pelajaran seperti: Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Seni Budaya (SBDp), PKn, Agama dan Olahraga. Pada
pembelajaran tematik, mata pelajaran tersebut dikaitkan dengan waktu dan konsep
yang disesuaikan dengan peserta didik.
B. Konsep Pembelajaran Tematik di
Sekolah Dasar
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa mata
pelajaran dalam satu tema untuk memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.
Pengalaman bermakna maksudnya anak memahami konsep – konsep yang telah mereka
pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep
lain yang sudah mereka pahami (Depdikbud, tim pengembang PGSD,1996).
Pendekatan menurut
Depdiknas, 2004 adalah suatu pola umum pembelajaran yang tersusun secara
sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, psikologi, didaktik, dan
komunikasi dengan mengintegrasikan struktur (langkah pembelajaran, metode,
media, manajemen kelas, evaluasi dan waktu
yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien).
Pembelajaran
Tematik ini berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak artinya menolak drill
sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional maka pembelajaran Tematik
lebih menekankan keterlibatan siswa secara aktif baik kognitif maupun skill
dalam proses pembelajarannya. Prinsip “Belajar seraya bermain dan Learning by
doing” diterapkan dalam pembelajaran Tematik.
Menurut Fogarty,
ada 3 macam pembelajaran Tematik yang diperkenalkan di Indonesia terutama di
kalangan mahasiswa S1 – PGSD dari 10 macam yang ditulis olehnya. (i) Pembelajaran
Keterhubungan (conneccted) adalah pembelajaran dalam satu mata
pelajaran yang menggunakan tema untuk mengkaitkan sub bab /bab yang satu dengan
lainnya. Misalnya dalam pelajaran IPA ada bab Makhluk Hidup dan Benda maka
untuk mengkaitkannya dibuat tema: “Makhluk hidup dan benda di sekitar kita”
2. Jenis Pembelajaran Tematik di
Indonesia
a. Pembelajaran Jaring Laba-Laba (Spider
Webbed)
Pembelajaran
Jaring Laba-Laba (Spider Webbed) adalah beberapa mata pelajaran yang
dikaitkan dalam satu tema dan setiap mata pelajaran diajarkan seperti biasa menggunakan
jadwal pelajaran. Penilaian dalam setiap mata pelajaran masih dilakukan seperti
biasa sesuai dengan karakteristik dari setiap mata pelajaran. Satu tema dapat
dilakukan selama 2 minggu tergantung dari materi yang dikaitkan. Contohnya
untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan SBDp dengan
tema Diri Sendiri .
b. Pembelajaran Terpadu
(Integrated)
Pembelajaran
Terpadu (Integrated) adalah beberapa mata pelajaran yang dikaitkan dalam satu
tema tanpa ada batas satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Satu sub tema
dilakukan setiap hari tanpa jadwal pelajaran hanya jam pelajaran yang
ditekankan. Penilaian dilakukan secara keterpaduan untuk setiap mata pelajaran
dan aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Contoh untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan SBDp dengan tema Diri Sendiri .
C. Implementasi Pembelajaran Tematik
di Sekolah Dasar
Untuk Implementasi
Pembelajaran tematik ada beberapa komponen yang perlu dibahas dahulu seperti
metode, penilaian, media, langkah pembelajaran dan peran guru. Setelah itu akan
dibahas langkah penyusunan Pembelajaran tematik serta contoh Matriks Tematik , Silabus
dan RPP.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran
Tematik bermacam-macam agar siswa tidak bosan seperti; bermain peran, karya
wisata, tanya jawab, eksperimen, bernyanyi, papan buletin, pemberian tugas,
pameran, pemecahan masalah, diskusi kelompok, pengamatan, latihan,dan
lain-lain. Penilaian tidak hanya ditekankan pada segi kognitif saja tetapi
aspek lainnya seperti psikomotor dan afektif pun diperhatikan dalam proses
pembelajaran berlangsung. Artinya proses dan produk keduanya diukur saat proses
pembelajaran berlangsung dan dilakukan secara terus menerus. Mengukur pengetahuan
jauh lebih mudah daripada mengukur keterampilan dan moral siswa karena perlu
pengamatan yang terus menerus dari guru untuk melihat tingkat perkembangannya.
Peran guru pada
pembelajaran tematik adalah sebagai fasilitator, mediator dan orang tua bagi
siswa. Artinya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengekplorasi sendiri
dan guru membimbing tahap demi tahap untuk mencari jawabannya sendiri misalnya
dengan menyediakan media atau pertanyaan yang bersifat membimbing dan
sebagainya.
D. Penutup
Seperti halnya kurikulum
sebelumnya, pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 (K13) memiliki kelebihan
dan kekurangan . Beberapa kelebihan Pembelajaran Tematik adalah:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar
relevan dengan tingkat perkembangan anak.
2. Hasil belajar akan lebih tahan
lama.
3. Menimbulkan
keterampilan berpikir dan skill.
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial
anak seperti; kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap orang lain.
Beberapa
kekurangan Pembelajaran Tematik adalah:
1. Perencanaan pembelajaran tematik yang
memakan waktu dan tenaga yang lebih banyak mulai dari penyusunan matriks
tematik, jaring laba-laba, program semester, silabus dan RPP sekaligus dibuat
dalam 1 semester.
2. Tidak berurutan materi yang diajarkan
kecuali Matematika dalam 1 semester.
3. Menyiapkan media perlu disesuaikan
dengan pemilihan tema.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, (2007).
Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal SD. Jakarta:Depdiknas.
Karli, Hilda.
(2014). Penerapan Pembelajaran Tematik SD
di Indonesia. Diunduh pada tanggal 1 November 2018. Dapat diakses di
No comments:
Post a Comment